Bisnis.com, JAKARTA - Joko Widodo dan Prabowo Subianto bersaing pada pemilihan 2014. Lantas, apa jadinya jika kedua tokoh tersebut disandingkan dalam satu paket presiden-wakil presiden?
Dalam survei Desember 2017 yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) terungkap keinginan responden agar kedua tokoh tersebut disandingkan dalam satu paket. Setidaknya ada 66,9% responden yang menjawab setuju, 28,4% menyatakan tidak setuju dan 4,7% mengaku tidak tahu atau tidak menjawab.
Jumlah responden yang mengaku setuju dianggap meningkat karena pada survei Mei 2017, hanya 43,1 yang menyatakan setuju, 32,1% menyatakan tidak setuju serta 19,8 yang tidak menjawab sementara pada survei September 2017, 59,1% mengaku setuju, 25,1% tidak sependapat serta 15,8% tidak menjawab atau tidak tahu.
Pada survei Desember 2017, dari 66,9% yang menyatakan setuju jika kedua tokoh tersebut disandingkan dalam satu paket, 66,9% menginginkan Joko Widodo menjabat Presiden dan Prabowo sebagai wakilnya, sementara hanya 28,4% yang menginginkan sebaliknya.
Politisi PDIP Maruarar Sirait menilai pilihan tersebut sebenarnya baik karena jika kedua tokoh itu bersatu bisa menciptakan kondusifitas politik. Akan tetapi menurutnya penyatuan dalam satu paket tersebut sulit terjadi karena masing-masing tokoh memiliki pendukung setia yang tentunya tidak sepakat dengan penyatuan itu.
Ara juga menilai bahwa Joko Widodo merupakan magnet elektoral yang mampu meningkatkan suara PDIP secara signifikan. Hal ini terbukti dalam survei SMRC yang mengidentifikasi partai banteng tersebut sebagai pengusung utama Presiden.
Baca Juga
“PDIP solid karena hadirnya sosok Megawati. Selain itu Jokowi menjadi magnet yang besar pula bagi pemilih untuk menjatuhkan pilihan ke PDIP,” ujarnya, Selasa (2/1/2018).