Bisnis.com, JAKARTA--Laporan Goldman Sachs menyebutkan kebijakan moneter Federal Reserve seperti penaikkan suku bunga akan bergantung kepada data tenaga kerja Amerika Serikat, khususnya tingkat pengangguran.
Kepala ekonom Goldman Sachs Jan Hatzius dalam catatannya menuturkan, momentum pertumbuhan ekonomi akan mendorong AS menuju arah full employment.
"Hal ini tentunya memberikan dorongan yang mantap untuk pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (25/12/2017).
Dalam dua tahun ke depan, papar Goldman, tingkat pengangguran AS dapat merosot menuju 3,3%. Angka yang tidak terlihat dalam beberapa dasawarsa ini memberi dorongan bagi Fed untuk menaikkan suku bunga.
Pada November 2017, tingkat pengangguran AS mencapai level 4,1%, atau level terendah sejak 2000. Alhasil, muncul keyakinan Fed akan menaikkan suku bunga tiga kali pada 2018, atau serupa seperti 2017.
Ketua Fed Janet Yellen setelah pengerekan suku bunga pada pertengahan Desember 2017 memberikan sinyal kehati-hatian dalam menaikkan suku bunga lanjutan karena pelemahan inflasi.
Adapun, Jerome Powell yang kini menjabat sebagai Gubernur Fed, akan menggantikan posisi Yellen sebagai Ketua Fed pada Februari 2018.
Sebagai informasi, rapat Fed pada Rabu (13/12/2017) memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 1,50%. Langkah ini melanjutkan dua kenaikan Fed Fund Rate (FFR) sebelumnya pada Maret 2017 dan Juni 2017.