Bisnis.com, JAKARTA - Survei Charta Politika pada 15-20 Juni 2017 lalu menunjukkan nama Saifullah Yusuf, Tri Rismaharini dan Khofifah Indar Parawansa mendominasi bursa Pilgub Jatim. Dalam beberapa simulasi, Saifullah Yusuf lebih diunggulkan dari dua pesaing terdekatnya, Tri Rismaharini dan Khofifah Indar Parawansa.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan pada pilihan terbuka, tingkat keterpilihan Saifullah sebesar 21%, sementara Risma 12,8%, dan Khofifah 10,5%. Pemilih yang menyatakan tidak tahu/tidak jawab masih besar (44,4%).
“Pada Simulasi 7 nama, dukungan terhadap Saifullah meningkat menjadi 34,4%, sementara Risma 26% dan Khofifah 19,4%. Sisanya, 12,5% responden menjawab tidak tahu/tidak menjawab,” ujarnya, Rabu (3/8/2017).
Pada simulasi 5 nama, tingkat dukungannya relatif tidak bergeser jauh. Saifullah sebesar 34,6%, Risma 26,8% dan Khofifah 19,7%. Dua nama lain, Azwar Anas dan Hasan Aminuddin hanya mendapat dukungan kurang dari 5%.
Pada Simulasi 3 nama, tingkat elektabilitas Saifullah mencapai 37,3%, diikuti Risma 29,1% dan Khofifah 20%. Sisanya (13,6%) menjawab tidak tahu/tidak menjawab.
Sementara saat simulasi head to head, tingkat elektabilitas Saifullah mencapai 50,7%, sementara Khofifah 30,3%. Sisanya (19,0%) menjawab tidak tahu/tidak menjawab.
Baca Juga
Untuk posisi Wakil Gubernur, urainya, Abdullah Azwar Anas mendapatkan posisi terkuat dengan dukungan sebesar 12,5%. Pesaing terdekatnya adalah Said Abdullah (6,6%) dan Abdul Halim Iskandar (6,2%).
Terkait kompetensi Cagub dan Cawagub, warga Jatim menilai kemampuan dalam mengatasi permasalahan ekonomi menjadi sebagai hal terpenting (59%), diikuti kemampuan memberantas korupsi (12,3%) dan kemampuan memberikan pelayanan yang baik (9,1%).
Warga Jatim menghendaki cagub dan cawagub yang bisa dipercaya (29,4%), bebas dari korupsi (18,1%) dan perhatian pada rakyat (15,9%).
“Sebagai catatan, peta dukungan ini masih dinamis sekurangnya karena dua hal. Pertama, survei ini dilakukan pada fase off-election. Konfigurasi dan konteks persaingan belum terbentuk. Pemilih masih bebas memilih tanpa harus memperhitungkan faktor parpol pengusung atau isu kebijakan yang akan diusung,” ungkap Yunarto.
Faktor berikutnya, kandidat yang benar-benar akan berkompetisi dan pasangan yang dipilih berpotensi bisa menggeser arah dukungan. Pilihan warga bisa saja berubah ketika ada nama baru dimunculkan atau ada nama calon yang diunggulkan justru tidak jadi berkontestasi.
Sebagai informasi, jumlah sampel dalam survei sebanyak 1.000 responden yang ditarik dengan metode multistage random sampling. Responden diwawancarai secara tatap muka oleh pewawancara terlatih. Adapun toleransi kesalahan (margin of error) survei ini sebesar + 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95%.