Kabar24.com, JAKARTA - Pemerintah Provinsi Jawa Barat siap melakukan penghematan jika wacana pengurangan dana alokasi umum (DAU) sebesar 3%-4% oleh pemnerintah pusat direalisasikan.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengakui pengurangan DAU membuat pihaknya cemas mengingat beban anggaran provinsi pada APBD Perubahan 2017 dan APBD 2018 cukup berat.
“Kalau daerah banyak teriak, ya sama juga. Tapi kita akan lakukan lagi penghematan seperti tahun kemarin,” ujarnya di Bandung pada Jumat (28/7/2017).
Langkah penghematan dilakukan karena pada 2016 lalu pihaknya berhasil menutup kekurangan anggaran meski saat itu DAU dikurangi hingga mencapai Rp400 miliar.
Pengurangan ini tertutupi setelah pihaknya menggenjot pendapatan lewat e-Samsat dan pembebasan denda pajak kendaraan bermotor. “Jadi tahun lalu kita tidak mengalami pengurangan, karena di sisi lain pendapatan lewat e-samsat itu mencukupi.”
Sektor pendapatan yang disumbang Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) tersebut mencapai Rp395 miliar sementara sisanya ditutup dari retribusi dan penghematan lelang.
Menurutnya, sektor pajak kendaraan tetap akan menjadi penyelamat kekurangan anggaran. “Tidak ada lagi jalan keluarnya, kita genjot lagi terutama kendaraan motor tidak melakukan daftar ulang masih 1 jutaan,” tuturnya.
Namun pihaknya mengaku masih khawatir meski sektor pendapatan digenjot mengingat dalam waktu yang sama tunjangan DPRD direncanakan naik.
Meskipun belum ada hitungan pastinya, naiknya tunjangan ini menambah beban pengeluaran besar pada 2018 mendatang. “PP-nya sudah ada, mau tidak mau kita jalankan. Ini butuh kepiawaan mengatur anggaran.”
Sebelumnya diberitakan bahwa rRealisasi penyerapan anggaran APBD Jabar hingga Juli 2017 terhitung masih rendah yakni di angka Rp12 ,79 triliun.
Sekretaris Daerah Jabar Iwa Karniwa mengatakan serapan sampai 7 Juli lalu tersebut masih berkisar 37,78% dari total anggaran di APBD 2017 sebesar Rp33,85 triliun.
Angka ini menurutnya terbilang masih rendah mengingat lelang dan kontrak ada yang sudah memasuki pembayaran. “Target penyerapan idealnya 45% di triwulan I, jadi ada defiasi 8%.”