Bisnis.com, JAKARTA--Produsen alat tulis Indonesia, PT Standardpen Industries,mendorong anak-anak untuk mencintai produk dalam negeri dengan tetap mengedepankan kualitas produk. Perseroan melalui kampanye Cinta Produk Indonesia berupaya untuk terus meningkaktan kualitas produk di tengah munculnya produk impor dan palsu.
Megusdyan Susanto, Direktur Utama Standardpen Industries, mengatakan mendorong anak-anak untuk menggunakan produk dalam negeri bukan merupakan pekerjaan mudah. Pasalnya, saat ini banyak produk impor yang beredar dengan kualitas rendah.
"Kami sangat berharap pemerintah untuk terus mendukung peggunaan produk dalam negeri secara konsisten. Memang banyak produk impor yang berkualitas, tetapi juga banyak produk impor ilegal dengan berkualitas rendah. Ini bisa dilihat di tingkat peritel di lapangan yang menawarkan produk KW, bahkan produk ilegal hingga produk palsu. Tentu hal ini tidak adil buat kami selaku produsen, juga para konsumen sebagai pengguna akhir," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (19/07/2017).
Megusdyan mengapresiasi langkah Kementrian Keuangan yang telah membentuk Satgas Barang Impor Ilegal yang diumumkan Rabu 12 Juli 2017 di Kantor Direktorat Bea dan Cukai. Sebagaimana dikatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani, kehadiran satgas ini diharapkan mampu mendorong iklim investasi yang sehat dan daya saing Indonesia guna peningkatan daya saing Indonesia di masa mendatang.
"Untuk menghasilkan satu batang bolpoin dibutuhkan mesin yang kuat, disiplin, quality control yang ketat, serta bahan yang bermutu. Dari satu batang bolpoin saja proses yang dilalui sangat rumit dan dibutuhkan ketelitian. Jadi sangat disayangkan kalau usaha dan investasi kita tidak didukung penuh oleh pemerintah,”imbuhnya.
Dia melanjutkan segmen anak sekolah menjadi salah satu perhatian Standardpen dengan memperkenalkan alat tulis produk dalam negeri sekaligus mendukung budaya membaca dan menulis atau mewarnai. Untuk itu, Standarpen berinovasi menghasilkan bolpoin dengan tulisan smooth, tipis, sangat tipis, tebal, hingga runcing ujungnya sesuai kebutuhan anak-anak.
"Dengan dukungan produk alat tulis yang digemari anak-anak, kita bisa mengajak anak-anak untuk lebih mengenal, menggunakan produk dalam negeri. Untuk itu kita sudah melakukan beberapa kegiatan sosialisasi sekaligus edukasi melalui kegiatan menulis, membaca dan menggambar untuk anak-anak SD di sejumlah daerah terpencil, baik di Pulau Jawa hingga di wilayah Indonesia Timur," tambahnya.
Mengutip data UNESCO, budaya membaca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Data UNESCO menyebutkan persentase minat baca Indonesia sebesar 0,01% atau hanya 1 banding 10.000.
Untuk mendukung gerakan Ayo Membaca yang sedang digalakkan oleh pemerintah RI, Standardpen melakukan gerakan mengajak anak Indonesia kembali menulis dengan tangan. Pergerakan saat menulis dengan tangan "meninggalkan memori (daya ingat) pada bagian sensormotor otak" yang membantu orang mengenal huruf dan membangun hubungan antara membaca dan menulis.
Ajakan #ayomenulis ini disertai dengan kegiatan Satu Juta Bolpoin Untuk Anak Indonesia yang dibagikan dari pinggiran-pinggiran kota diantaranya; Gunung Sinabung Sumatera Barat, Madura, Pulau Bawean, Jember, Banyuwangi, Situbondo, Pati, Malang, Lamongan, Gunung Slamet, Kulonprogo Yogyakarta, Pandeglang, Serang Banten dan Jakarta Barat.
Tahun ini, Standardpen hadir menemui anak-anak di Timur Indonesia diantaranya yaitu; Flores (Maumere, Ende, Bajawa), Nusa Tenggara Barat (Sumbawa Besar, Tambora) dan Bulukumba Sulawesi Selatan dan Mandar Sulawesi Barat.