Kabar24.com, JAKARTA – Sejumlah pemimpin negara melancarkan upaya demi menyelesaikan salah satu krisis terburuk di antara negara-negara Arab, sehari setelah Arab Saudi dan sekutu-sekutunya mengisolasi Qatar dengan memutuskan akses udara dan laut dan serta menutup satu-satunya perbatasan darat di negara itu.
Menurut seorang pejabat pemerintah Kuwait, Sheikh Sabah Al-Ahmed Al-Sabah melakukan perjalanan ke Arab Saudi pada hari ini untuk memediasi perseteruan antara Qatar dan negara-negara Arab.
Media pemerintah Kuwait melaporkan bahwa Sheikh Sabah juga telah berbicara dengan pemimpin Qatar serta mendesaknya untuk menghindari eskalasi.
Krisis ini mengganggu aktivitas perdagangan, penerbangan, dan bisnis dalam salah satu kawasan paling strategis di dunia. Tindakan yang dipimpin oleh Saudi tersebut telah mendorong beberapa analis untuk secara terbuka berspekulasi tentang kemungkinan perubahan rezim di Qatar, eksportir gas alam cair nomor satu dunia.
“Langkah tersebut bertujuan untuk memaksakan perubahan menyeluruh dalam kebijakan Qatar atau menciptakan lingkungan untuk perubahan kepemimpinan di Doha,” kata Ayham Kamel dan Hani Sabra, analis Eurasia Group dalam risetnya, seperti dikutip dari Bloomberg (Selasa, 6/6/2017).
Sejumlah negara Arab, di antaranya Saudi Arabia, Mesir, dan Uni Emirat Arab (UEA), kemarin memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, yang dituding mendukung Iran dan militan Islamis. Hal ini meningkatkan perseteruan diplomatik antara negara-negara Teluk yang dimulai dari hubungan Qatar dengan Iran.
Negara-negara Arab tersebut menghentikan penerbangan dan perjalanan laut ke Qatar, serta memerintahkan para diplomat dan warga Qatar untuk meninggalkan negara-negara tersebut.
Surat kabar Al Eqtisadiah yang berbasis di Riyadh melaporkan bahwa ribuan truk yang membawa makanan dan melintasi perbatasan darat Arab Saudi dengan Qatar dihentikan pada hari Senin.
Bank sentral Arab Saudi dikabarkan telah menginstruksikan semua bank yang bekerja di kerajaan tersebut untuk berhenti membeli mata uang Qatar dan menjualnya secepat mungkin.
“Perseteruan yang telah bertahan lama ini akan memberi dampak ekonomi negatif yang signifikan bagi negara ini. Pemeliharaan hubungan di kawasan Teluk menjadi semakin penting bagi pemerintah Qatar di tengah ketidakstabilan regional yang meningkat,” ujar Andrine Skjelland, analis risiko negara-negara MENA (Middle East and North Africa) dari Fitch Group BMI Research.
Sebelumnya, Presiden Turki Tayyip Erdogan dikabarkan telah berbicara melalui telepon dengan para pimpinan Qatar, Rusia, Kuwait dan Arab Saudi untuk menurunkan ketegangan diplomatik.
Menurut sumber kepresidenan Turki, Presiden Erdogan dalam pembicaraan tersebut menitikberatkan pada pembahasan mengenai pentingnya perdamaian dan stabilitas regional
"Pembicaraan tersebut juga mengajak untuk memusatkan perhatian pada diplomasi dan dialog untuk menurunkan ketegangan yang terjadi saat ini," kata sumber tersebut, seperti dikutip Reuters, Selasa (6/6/2017).
Setelah pembicaraan antara Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin, Rusia menyatakan kesediaannya pada Senin malam untuk mengupayakan dialog dan perundingan.