Kabar24.com, JAKARTA -- Pengamat masalah Timur Tengah dari Universitas Indonesia (UI) Yon Machmudi PhD menilai isolasi oleh sejumlah negara terhadap Qatar tidak lepas dari upaya penguasa Arab Saudi untuk mengukuhkan pengaruhnya di kawasan Timur Tengah.
"Saudi menginginkan negara-negara Arab yang beraliansi dengan Saudi terutama negara-negara Teluk memiliki kebijakan politik luar negeri yang seragam," katanya menjawab pertanyaan Antara di Jakarta, Selasa (6/6/2017).
Menurut dia, Qatar merupakan negara di Teluk yang menunjukkan sikap independen dan ini terbukti dengan sikap Qatar yang tetap membangun hubungan dengan Iran walaupun Arab Saudi telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran.
Sikap Qatar yang tidak sejalan ini, katanya, menimbulkan ketidaknyamanan bagi penguasa Saudi. Qatar justru ingin memainkan peran penyeimbang di antara dua kekuatan, Saudi dan Iran.
"Demikian juga Qatar lebih memperkuat hubungan dengan Turki ketika beberapa negara Teluk cenderung dingin dengan kebijakan Turki di Timur Tengah dan Dunia Islam," ujar dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI itu.
Isu yang paling panas, lanjut dia, adalah menyangkut tuduhan Saudi dan beberapa negara-negara di Timur Tengah bahwa Qatar memfasilitasi kelompok-kelompok teroris.
Baca Juga
"Tuduhan ini ditolak oleh Qatar, namun kampanye melawan terorisme di Timur Tengah, paling tidak berhasil mengucilkan Qatar," katanya.
Sebenarnya, yang menjadi persoalan utama adalah sikap Qatar yang cenderung memberi tempat kepada para kelompok oposisi dari beberapa negara di Timur Tengah seperti Mesir, Libya, Yaman maupun Palestina.
Yon mencontohkan, Mesir sangat marah ketika Qatar melindungi ulama Ikhwanul Muslimin (IM) yang terkenal yaitu Yusuf Qaradawi dan menolak untuk menyerahkan kepada Mesir untuk diadili.
Kelompok IM sendiri di Mesir telah dijadikan sebagai kelompok terlarang dan Mesir menginginkan agar kelompok ini dimasukkan dalam list organisasi terorisme.
Mesir juga meminta negara-negara Arab di Teluk untuk menyerahkan orang-orang Mesir yang berafiliasi dengan IM untuk diawasi, termasuk juga mengadili setiap kelompok kritis yang mencoba mengomentari apa yang terjadi di Mesir.
Uni Emirat Arab baru-baru ini juga menangkap seorang akademisi yang tinggal di Emirat karena mengkritisi As-Sisi dalam media sosial.
"Saya khawatir perang melawan terorisme tidak dilakukan secara komprehensif tetapi justru digunakan untuk menyingkirkan lawan-lawan politik. Tendensi Timur Tengah adalah oposisi yang mengancam rezim dengan mudahnya dapat dicap sebagai kelompok teroris," ujarnya.