Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jepang Beri Sinyal Gabung AIIB

Jepang memberi sinyal untuk ikut bergabung sebagai anggota dari lembaga pembiayaan multinasional yang diprakarsai oleh China, yakni Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).
Salah satu kepadatan masyarakat di Kota Tokyo Jepang/Bisnis-Stefanus Arief Setiaji
Salah satu kepadatan masyarakat di Kota Tokyo Jepang/Bisnis-Stefanus Arief Setiaji

Bisnis.com, JAKARTA— Jepang memberi sinyal untuk ikut bergabung sebagai anggota dari lembaga pembiayaan multinasional yang diprakarsai oleh China, yakni Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).

Pejabat senior Partai Demokrat Liberal Jepang Toshihiro Nikai mengatakan, Tokyo siap untuk bergabung dengan AIIB. Seperti dikutip dari kantor berita nasional Jepang Nikkei, partai yang kini berkuasa di pemerintahan Negeri Sakura tersebut mengaku akan segera memutuskan rencana tersebut.

“Kuncinya adalah seberapa cepat Jepang dapat memutuskan untuk berpartisipasi," kata Nikai, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (16/5/2017).

Pernyataan Nikai ini seolah meruntuhkan ketegasan Jepang untuk tetap memanfaatkan Asian Development Bank (ADB) untuk membiayai sejumlah program. Seperti diketahui, Jepang selama ini telah memprakarasai beridirinya ADB sebagai lembaga pembiayaan multinasional.

Adapun, Nikai sendiri dikenal cukup dekat dengan Pemerintah China. Dia bahkan ikut hadir dalam KTT One Belt One Road (OBOR) pada 14-15 Mei lalu. Nikai dan Presiden China Xi Jinping bahkan telah dijadwalkan untuk bertemu pada Selasa (16/5/2017) untuk membahas perkembangan terbaru mengenai hubungan bilateral kedua negara.

Sebelumnya, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan bahwa negaranya tak menutup peluang untuk bergabung dengan AIIB. Kebijakan itu akan menjadi salah satu cara bagi Jepang untuk ikut serta dalam membiayai megaproyek ambisius Jalur Sutra modern, yang digagas Negeri Panda.

Namun, Abe menegaskan bahwa Jepang akan lebih dulu memastikan bahwa tata kelola perbankan AIIB diberlakukan dengan baik. Pasalnya, Tokyo selama ini menilai bahwa tata kelola AIIB belum terlalu baik dan dilaksanakan dengan transparan.

"Untuk saat ini, kami masih memantau [AIIB] dengan hati-hati," kata Abe, Senin (15/5/2017).

Seperti diketahui, pada akhir pekan lalu keanggotaan AIIB telah mencapai 77 negara, setelah tujuh negara baru mengajukan diri untuk bergabung dan resmi disetujui untuk bergabung pada Sabtu (13/5/2017) lalu. Ketujuh negara itu adalah Bahrain, Siprus, Samoa, Bolivia, Chile, Yunani dan Rumania.

AIIB sendiri menargetkan jumlah keanggotaannya akan mencapai 85 negara pada akhir tahun ini. Pertumbuhan jumlah anggota AIIB ini dinilai sejumlah pengamat relatif cepat bagi sebuah lembaga pembiayaan multilateral. Pasalnya, pada awal peluncurannya pada Januari 2016, AIIB telah didukung oleh 57 negara.

Di sisi lain, AIIB yang memiliki modal mencapai US$100 miliar tersebut, juga sudah membuka peluang bagi Amerika Serikat untuk bergabung dalam keanggotaannya. Adapun, tawaran terbaru dari AIIB dilayangkan ke Paman Sam setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS pada Januari lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper