Kabar24.com, MANADO - Pembukaan rute laut Davao-General Santos (Filipina)-Bitung (Sulawesi Utara) dinilai menjadi bakal menjadi perangsang bagi peningkatan ekspor Indonesia ke Filipina, terutama ekspor dari kawasan timur Indonesia.
Hidayat Zakaria, Koordinator Fungsi Ekonomi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Manila, mengatakan pertumbuhan ekonomi Filipina yang lebih tinggi dari Indonesia bisa menjadi peluang bagi eksportir Indonesia. Terlebih, tingkat konsumsi masyarat Fiilipina, menurut Hidayat, cukup tinggi.
"Restoran dan kedai kopi seperti Starbucks itu banyak di pinggir jalan. Kita juga cukup banyak ekspor kendaraan, batu bara, juga makanan dan minuman," ungkapnya dalam satu seminar di Manado, Sulut, pada Kamis (4/5/2017).
Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi Filipina pada 2016 mencapai 6,8%, lebih tinggi dari Indonesia yang sebesar 5,02%. Pertumbuhan ekonomi yang pesat itu, dalam pandangan Hidayat, salah satunya didorong oleh pengiriman uang dari tenaga kerja yang bekerja di luar negeri sebesar US$26 miliar.
Beberapa komoditas yang berpotensi diekspor ke Filipina dalam catatan KBRI Manila antara lain singkong dan minyak esensial. Singkong bisa menjadi bahan baku bagi industri tepung terigu Filipina.
Selain itu, furnitur, kopi instan, dan bumbu penyedap juga menjadi barang dagangan yang bisa laku di negara kepulauan itu. Bahkan, secara khusus di Mindanao yang sebagian besar berpenduduk Muslim, ekspor busana muslim dan peralatan ibadah juga berpeluang menjadi lahan untung eksportir Indonesia.
Untuk diketahui, sejak 30 April 2017 kapal Super Shuttle RoRo12 milik maskapai Asian Marine Transport Corporation telah memulai pelayaran perdana dari Davao-General Santos-Bitung.
Biaya angkut untuk satu kontainer bakal dipatok sekitar US$500 atau hanya seperempat dari yang dikeluarkan bila menggunakan rute memutar lewat Jakarta-Singapura-Manila.