Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jepang Tegaskan Tak Ikut Manipulasi Mata Uang

Pemerintah Jepang menegaskan bahwa pihaknya tidak sedang atau akan melakukan manipulasi terhadap mata uangnya.
Mata uang Jepang. /Reuters
Mata uang Jepang. /Reuters

Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah Jepang menegaskan bahwa pihaknya tidak sedang atau akan melakukan manipulasi terhadap mata uangnya.

Penegasan itu dilontarkan oleh Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga, guna menanggapi laporan Kementerian Keuangan AS terkait mata uang asing yang masuk dalam daftar pengawasan.

“Jepang berkomitmen dengan perjanjian G20 terkait kebijakan menjaga mata uangnya dari tindakan manipulasi nilai tukar terhadap valuta asing negara lain,” kata Suga, seperti dikutip dari Reuters, Senin (17/4/2017).

Suga pun menyatakan pemerintah Jepang tidak akan melaksanakan tindakan apapun terkait kebijakan AS tersebut.

Seperti diketahui, pekan lalu Kementerian Keuangan AS merilis laporan setengah tahunan yang berisi sejumlah mata uang negara mitra dagang yang masuk dalam daftar pengawasan. Adapun, dalam daftar tersebut terdapat sejumlah negara Asia a.l. China, Jepang, Korea Selatan dan Taiwan.

Meskipun demikian, Kementerian Keuangan AS menyatakan bahwa tak semua negara yang masuk dalam daftar pengawasan, melakukan manipulasi mata uang.

Lembaga keuangan Negeri Paman Sam tersebut mengaku, pemerintah akan lebih fokus untuk menyelesaikan persoalan ketidaksimbangan perdagangan dengan negara mitra, yang membuat AS mengalami defisit perdagangan yang besar.

Agenda pembahasan mengenai ketidakseimbangan perdagangan tersebut diperkirakan akan diusung oleh Wakil Presiden AS Mike Pence yang rencananya akan mengunjungi Jepang pada pekan ini.

Dalam kunjungannya itu, bersama para pejabat AS, Mike akan membuka dialog ekonomi bilateral dan meminta negeri sakura itu untuk menghapus hambatan perdagangan non-tarif dan membeli lebih banyak produk AS.

“Laporan itu tidak akan berdampak pada dialog ekonomi AS dan Jepang pekan ini," kata Nobuyasu Atago, Kepala Ekonom di Okasan Securities di Tokyo.

Adapun pada pekan lalu setelah Kementerian Keuangan AS merilis daftar negara yang diawasi mata uangnya, Presiden AS Donald Trump telah merevisi ucapannya yang menuding sejumlah negara Asia telah melakukan manipulasi nilai tukar mata uangnya. Trump bahkan merevisi tudingannya kepada China yang selama ini dianggap senagaj melemahkan yuan guna mendukung aktivitas ekspornya.

Pasalnya, jika menilik fakta yang terjadi, Bank Sentral China (PBOC) terus melepas cadangan devisanya guna menopang nilai tukar yuan agar tak jatuh terlalu dalam sejak akhir tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper