Bisnis.com, JAKARTA – Toshiba Corp mengatakan keputusan pengajuan pailit unit usaha nuklirnya, Westinghouse, sepenuhnya berada di tangan direksi.
Pernyataan tersebut sekaligus menunjukkan itu adalah salah satu opsi yang dipertimbangkan sebagai jalan keluar atas permasalahan biaya unit usaha yang berlokasi di Amerika Serikat tersebut.
"Keputusan apakah Westinghouse akan mengajukan ‘Bab 11’ pada akhirnya merupakan keputusan dewan direksi, dan harus memperhitungkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk Toshiba dan kreditur. Toshiba tidak dapat berkomentar secara prematur," ungkap Toshiba dalam sebuah pernyataan e-mail, seperti dikutip Bloomberg..
Konglomerasi elektronik Jepang ini telah bergulat dengan penundaan konstruksi di proyek Westinghouse. Toshiba memperkirakan akan melakukan writedown aset sebesar712,5 miliar yen (US$6,2 miliar) meskipun belum bisa mendapatkan auditor untuk menandatangani angka final.
Perusahaan mengatakan awal bulan ini akan mengevaluasi kembali posisi Westinghouse dalam grup perusahaan dan mungkin akan melepas unit usaha nuklir ini dengan menjual saham mayoritas.
"Pengajuan pailit Westinghouse benar-benar menjadi satu-satunya cara agar Toshiba membatasi risiko kerugian lebih lanjut dalam bisnis," kata Kazunori Ito, analis Morningstar Investment Services, seperti dikutip Bloomberg.
"Jika ada alasan yang melatarbelakangi penguatan saham hari ini, mungkin karena beberapa investor percaya bahwa proses ‘Bab 11’ akan dilakukan," lanjutnya.
Seperti diketahui, dalam Undang-uindang Kepailitan AS perusahaan yang mengajukan pailit di di bawah bab 11 ini biasanya mengusulkan rencana reorganisasi untuk menjaga bisnis tetap berjalan dan membayar kreditur secara bertahap.
Westinghouse juga tampaknya sudah membentuk tim pengacara dan penasihat untuk membantu restrukturisasi. Adapun Lisa Donahue dari AP Services, LLC, sebuah afiliasi dari AlixPartners, akan memimpin upaya restrukturisasi operasional perusahaan yang berbasis di Pittsburgh ini, menurut juru bicara di Westinghouse.
