Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Heineken/
Heineken/

Bisnis.com, JAKARTA--Produsen bir asal Belanda Heineken N.V. membukukan pendapatan sebesar 20,79 miliar Euro sepanjang 2016 atau naik 1,4% year-on-year terdorong kenaikan volume penjualan sekitar 3%.

Jean-François van Boxmeer, Chairman of the Executive Board Heineken N.V. menuturkan perusahaan membukukan kinerja yang kuat pada tahun lalu.

"Kinerja di pasar Eropa bagus, pasar Vietnam dan Meksiko juga kuat. Namun Nigeria, Kongo, dan Rusia, kondisi pasar masih menantang," ujarnya dalam keterangan resmi yang dikutip Jumat (17/2).

Kendati begitu,lanjutnya, Heineken N.V. mampu membukukan ekspansi margin lebih dari 50 basis poin pada tahun lalu. Padahal kondisi ekonomi sedang menantang di beberapa negara berkembang serta tekanan yang signifikan dari sisi nilai tukar.

Volume penjualan bir di Amerika, Asia Pasifik, dan Eropa naik 3% saat terjadi penurunan penjualan di Eropa, Timur Tengah, dan Eropa Timur. Adapun volume penjualan Heineken premium naik 3,7% yoy.

Sepanjang tahun lalu, Heineken N.V. menjual 200,1 juta hektoliter (hl) bir dengan rincian penjualan di Afrika, Timur Tengah dan Eropa Timur sebanyak 38,4 juta hl, Amerika 58,7 juta hl, Asia Pasifik 24,4 juta hl, dan Eropa 78,6 juta hl.

Eropa masih menjadi pasar dengan penjualan bir Heineken terbesar secara regional. Namun, pertumbuhan volume penjualan bir tertinggi pada tahun lalu terjadi di kawasan Asia Pasifik, yakni sebesar 17,9%.

Selain produk bir, Heineken juga mengantongi pendapatan dari produk inovasi yang memiliki kadar alkohol rendah dan nonalkohol. Pada 2016, segmen tersebut menghasilkan pendapatan sebesar 2,2 miliar Euro. Heineken pun gencar menerbitkan produk nonalkohol pada tahun lalu, seperti Amstel dan Cruzcampo di Spanyol, Zywiec di Polandia, dan Bintang Maxx di Indonesia.

Kendati demikian, laba bersih yang digenggam Heineken susut 18,6% menjadi 1,54 miliar Euro pada 2016. Pasalnya, tahun lalu Heineken N.V. mengalami penurunan nilai aset sebesar 286 juta di Kongo.

"Pada 2017, kami harap dapat meneruskan ekspansi margin walaupun ada risiko makro ekonomi dan perkembangan politik, serta dampak recana akuisisi di Brazil dan Inggris," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper