Bisnis.com, JAKARTA – Inti dari liburan tujuh hari China, yang juga disebut Festival Musim Semi, mulai berubah karena meningkatnya pendapatan dan meluasnya jaringan penerbangan internasional mendorong lebih banyak orang untuk pergi ke luar negeri.
Biasanya, orang China akan pergi ke kampung halamannya untuk memperingati Tahun Baru bersama keluarga besar mereka. Namun, belakangan ini trend mulai berubah, mereka mulai pergi ke negara-negara lain untuk berlibur.
"Tahun Baru Imlek adalah puncak penerbangan internasional China," kata Steve Saxon, partner konsultan McKinsey & Co, seperti dikutip Bloomberg.
"Bagi banyak orang, ini adalah salah satu dari hanya dua peluang untuk berlibur panjang selama tahun penuh,” lanjutnya.
Festival Musim Semi menutup aktivitas di negara ekonomi terbesar kedua di dunia selama seminggu karena ratusan juta pekerja pabrik dan kantor meninggalkan tempat tingga mereka di Shenzhen atau Beijing untuk menemui sanak keluarga mereka.
Pada perayaan tahun ini, dari 27 Januari hingga 2 Februari, akan ada migrasi massal terbesar dari orang-orang di bumi. Lebih dari 414 juta warga China akan berpergian dengan pesawat dan kereta. Jumlah ini setara dengan seluruh warga Eropa.
Sekitara 58,3 juta orang diperkirakan terbang dengan pesawat, meningkat 10% dari tahun lalu, menurut perkiraan Administrasi Penerbangan Sipil China.
Maskapai penerbangan China menghasilkan sekitar 20% dari pendapatan mereka selama periode ini, kata Saxon.
Warga China akan melakukan perjalanan ke 174 tujuan di luar China daratan selama rata-rata 9,2 hari masa liburan, menurut layanan perjalanan online Ctrip.com International Ltd
Kunjungan warga China tersebut memicu pertumbuhan ekonomi. Menurut Biro Statistik Nasional China mencatat pertumbuhan ekonomi China naik 6,7% per tahun sejak 1990, sehingga warga cenderung mengeluarkan uang lebih banyak. pendapatan rumah tangga perkotaan naik 165% dari 2006 hingga 2015, mencapai sekitar 31.195 yuan ($ 4,551).