Bisnis.com, MATARAM - Otoritas Jasa Keuangan Nusa Tenggara Barat mengakui masih rendahnya akses masyarakat terhadap layanan keuangan formal.
Kepala OJK Wilayah NTB Yusri mengatakan guna meningkatkan akses keuangan yang ditargetkan pemerintah sebesar 75% harus dilakukan secara aktif oleh pihak terkait, salah satunya dengan program layanan laku pandai.
"Tentunya ini merupakan upaya guna meningkatkan inklusi keuangan di NTB. Nasabah yang bisa menjadi agen laku pandai adalah nasabah yang dianggap punya track record baik," ujar Yusri kepada media dalam peresmian agen pertama laku pandai Bank NTB di Mataram, Kamis (29/12/2016).
Yusri menambahkan, program laku pandai sedianya diperuntukkan bagi masyarakat yang berada di daerah yang susah mendapatkan akses layanan keuangan khususnya perbankan. Dengan adanya agen Laku Pandai, masyarakat yang ingin menabung dan melakukan transaksi bisa dilayani tanpa harus repot ke kantor bank.
Berdasarkan data yang diperoleh Bisnis.com dari Otoritas Jasa Keuangan NTB, tercatat baru empat bank yang telah menjalankan program laku pandai di wilayah NTB. Keenam bank tersebut adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Sinarmas, dan PT Bank Pembangunan Daerah NTB (Bank NTB).
Tercatat, BNI yang melayani laku pandai di wilayah NTB ada tiga cabang yaitu BNI KCU Sumbawa, BNI KCU Bima dan BNI Kantor Cabang Mataran. Jumlah agen laku pandai pada ketiga cabang tersebut hingga September 2016 berjumlah 319 agen yang mampu melayani 1.780 nasabah laku pandai.
Sementara itu, bank pelat merah lainnya yang telah membuka layanan laku pandai di wilayah NTB adalah Bank Mandiri. Tercatat hingga Agustus 2016, Bank Mandiri di wilayah NTB memiliki 301 agen yang melayani 790 nasabah laku pandai.
Bank swasta juga turut menyemarakkan program laku pandai di wilayah NTB. Meskipun Bank Sinarmas sudah membuka layanan laku pandai, namun belum ada transaksi dan jumlah agen yang mendaftar program laku pandai hingga September 2016.
Secara keseluruhan nilai transaksi tabungan laku pandai di wilayah NTB hampir mencapai nilai Rp1 miliar pada September 2016. OJK menginginkan para agen laku pandai tidak hanya memberikan edukasi kepada masyarakat terkait dengan pelayanan jasa keuangan. Agen tersebut harus bisa mengajak masyarakat untuk mengakses layanan keuangan seperti membuka rekening di bank.
OJK menilai saat ini perkembangan layanan laku pandai terpusat di wilayah barat Indonesia. Oleh karena itu, OJK menginginkan agar perkembangan di wilayah timur Indonesia bisa dipacu kembali. Penghambat utama perkembangan di wilayah timur Indonesia adalah jaringan infrastruktur komunikasi yang masih terbatas.