Kabar24.com, JAKARTA--China dan Amerika Serikat bersitegang terkait penyitaan drone bawah air di kawasan Laut China Selatan.
Amerika Serikat menuntut China mengembalikan drone berwujud kapal selam mini yang disita di Laut Cina Selatan tersebut.
Drone bawah air itu disita di perairan internasional, menurut satu pejabat AS sebagaimana dikutip BBC.co.uk, Minggu (18/12/2016). AS menuduh Angkatan Laut China telah merampas drone tersebut di wilayah tersebut pada Kamis lalu.
Peristiwa itu terjadi hanya sesaat sebelum drone itu diangkat oleh USNS Bowditch, sebuah kapal survei oseanografi.
Perangkat yang dijuluki sebagai 'penjelajah lautan,' itu digunakan untuk menguji salinitas air dan suhu, kata para pejabat.
Data itu merupakan bagian dari program untuk memetakan jalur-jalur bawah air, kata juru bicara Pentagon Kapten Jeff Davis kepada wartawan.
"Wahana itu telah dirampas oleh China," kata Kapten Davis dalam konferensi pers pada hari Jumat.
"UUV (wahana tak berawak bawah air) itu melakukan survei militer secara sah di perairan Laut China Selatan," tambahnya.
Menurutnya, wahana itu merupakan kapal berdaulat yang dilindungi kekebalan hukum, "ditandai dengan jelas dalam bahasa Inggris bahwa itu merupakan milik AS."
Peristiwa itu sendiri terjadi sekitar 80 km arah barat laut Subic Bay, Filipina, menurut Amerika Serikat.
Kapal angkatan laut China, ASR-510 jenis Dalang III, mendekat hingga jarak sekitar 500 meter dari USNS Bowditch.
Kapal itu kemudian meluncurkan sebuah perahu kecil dan merebut UUV, menurut pernyataan Pentagon.
USNS Bowditch lalu melakukan kontak radio dengan kapal China itu untuk menuntut mereka segera mengembalikan wahana tersebut, tetapi upaya kontak itu 'diabaikan.'
"Ini bukan perilaku yang kita harapkan dari suatu angkatan laut profesional," kata Kapten Davis.
Penyitaan ini bisa jadi akan makin menambah kecemasan AS tentang meningkatnya kehadiran militer China di Laut China Selatan.
Awal pekan ini sebuah lembaga mengatakan, foto udara menunjukkan bahwa China telah membangun sistem persenjataan di seluruh pulau buatan yang mereka bangun di laut, dengan mengabaikan protes AS.