Kabar24.com, SELAYAR - Penggunaan uang elektronik di Sulawesi Selatan masih terkonsentrasi di Makassar dengan kecenderungan pertumbuhan relatif terbatas.
Wiwiek S. Widayat, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulsel, mengatakan nilai transaksi uang elektronik di daerah ini juga terbilang kecil sehingga secara kumulatif tidak banyak mengalami perkembangan secara signifikan.
"Volumenya memang ada peningkatan cukup baik, tetapi besaran transaksinya sangat kecil sangat jauh dibandingkan dengan nilai transaksi secara kumulatif," katanya di sela-sela sosialisasi kas keliling BI di Selayar, Sulsel, Jumat (16/12/2016).
Sebagai gambaran, lanjut Wiwiek, besaran pertumbuhan uang elektronik di Sulsel tertahan pada angka 20% atau sekitar Rp2 miliar secara kuartalan.
Dengan kondisi tersebut, bank sentral menggencarkan penyediaan layanan keuangan digital atau LKD yang mana telah mulai diimplementasikan secara masif pada pondok pesantren di Sulsel.
Selain itu, kata Wiwiek, pihaknya juga terus mendorong perbankan memperbanyak produk uang elektronik kepada masyarakat yang bisa dimanfaatkan pada seluruh segmen untuk transaksi.
"Masyarakat juga perlu edukasi komprehensif, agar bisa membedakan mana uang elektronik dan gerakan transaksi non tunai, untuk non tunai pada dasarnya yakni RTGS dan Kliring," katanya.