Kabar24.com, JAKARTA – Amerika Serikat akhirnya harus menerima Donald Trump sebagai presiden baru yang akan menggantikan Barack Obama.
Data Bloomberg.com pukul 14.47 WIB menunjukkan bahwa Trump meraih 276 suara sedangkan Hillary Clinton masih diangka raihan 218 suara.
Trump dipilih 57,059,713 pendukung sedangkan Clinton mendapat 56,060,334 dukungan.
Kemenangan Trump ini diwarnai kegelisahan Gedung Putih.
Trump mengagetkan dunia, Selasa (8/11/2016) waktu setempat atau Rabu (9/11) WIB setelah mengalahkan Hillary Clinton yang lebih difavoritkan.
Kemenangan Trump mengakhiri 8 tahun kekuasaan Partai Demokrat sekaligus membawa Amerika Serikat ke dalam ketidakpastian mengingat tabiat dan gaya kampanye Trump selama ini.
Trump yang sebelumnya dikenal sebagai penguasaha realestat dan mantan host reality show TV ini menapaki perjalanannya ke Gedung Putih dengan banyak cibiran.
Secara umum publik lebih memberi perhatian kepada Hillary Clinton yang memiliki rekam jejak cemerlang, mantan ibu negara, mantan senator dan mantan Menlu AS.
Meski kekhawatiran mewarnai perjalanan Trump ke Gedung Putih, diwarnai dengan gejolak mata uang dan bursa saham, serta langkah darurat investor mengalihkan dananya ke instrumen investasi yang aman, kini kemenangan berada di tangan pria kontroversial yang ditengarai memiliki pandangan protektif dalam menata Amerika Serikat ini.
Dibutuhkan waktu tak pendek bagi Trump untuk meraih kemenangan. Ke depan, Trump masih tetap akan menjadi perhatian dunia, yang menantikan akan seperti apa politik dalam dan luar negeri AS akan berlangsung.
Seperti diketahui, dalam kampanyenya, Trump menggembar-gemborkan rencana membuat Amerika Serikat lebih tertutup, terproteksi.
Dia juga pernah berjanji untuk memberlakukan pajak 35% atas ekspor yang dilakukan perusahaan AS ke luar negeri.
Trump, yang kini berusia 70 tahun, akan tercatat sebagai Presiden AS tertua yang memimpin negeri itu di awal periode.
Menjadi Presiden AS ke 45, publik akan melihat bagaimana Trump bekerja sama dengan Kongres. Terlebih, selama masa kampanye, Trump mengalami penolakan yang tajam tak hanya dari kubu Democrats melainkan dari koleganya sendiri di kubu Republik.