Kabar24.com, HONG KONG - Tindakan penjaga pantai China yang semakin menjadi di Laut China Selatan dinilai berisiko bagi kestabilan regional.
Bonnie Glaser, ahli keamanan regional dari Washington's Center for Strategic and International Studies (CSIS), mengatakan bahwa ketika risiko konflik besar-besaran antara angkatan laut mendominasi kekhawatiran strategis di jalur air yang disengketakan, potensi bahaya yang mungkin timbul seperti kejadian yang melibatkan penjaga pantai tidak bisa dianggap enteng.
Seperti diberitakan Reuters, Rabu (7/9/206), para peneliti CSIS menemukan bahwa terdapat 45 kasus konflik dan bentrok di Laut China Selatan sejak 2010.
Ketika peneliti menggabungkan keseluruhan bentrok yang terjadi oleh negara-negara dan jenia kendaraan yang digunakan, tindakan yang dilakukan oleh penjaga pantai China mendominasi.
Penjaga pantai China terlibat dalam 30 kasus, atau dua per tiga dari total kasus yang ada. Empat kejadian ditemukan melibatkan kapal angkatan laut China yang beroperasi dalam kapasitas penegakan hukum.
"Buktinya jelas bahwa terdapat pola sikap dari China yang bertentangan dengan tindak penegakan hukum yang biasanya diperlukan," sebut Glaser.
Dia mengatakan melihat adanya tindakan penyerangan, tindakan mengganggu, menyeruduk kapal - dalam hal ini kapal penjaga pantai dan kapal penangkap ikan milik negara lain - yang berukuran lebih kecil.
Penelitian tersebut juga memasukkan data kekerasan maritim dan bentrok antara China dan Vietnam di pantai Vietnam pada 2014 serta ketegangan yang berujung pada pendudukan China di Scarborough Shoal, Filipina pada 2012.