Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Singapura-Malaysia Bangun Kereta Cepat Lintasbatas

Singapura dan Malaysia berencana membangun jaringan kereta api berkecepatan tinggi guna memangkas waktu perjalanan Singapura-Kuala Lumpur menjadi 90 menit pada 2026.
Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak/Reuters
Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak/Reuters

Bisnis.com, KUALA LUMPUR— Singapura dan Malaysia berencana membangun jaringan kereta api berkecepatan tinggi guna memangkas waktu perjalanan Singapura-Kuala Lumpur menjadi 90 menit pada 2026.

Proyek yang diumumkan pada Februari 2013 tersebut sebelumnya diharapkan beroperasi pada 2020 tetapi kompleksitas disebut menjadi kendala.

“Orang bisa sarapan di Kuala Lumpur makan siang di Singapura dan kembali tepat waktu untuk makan malam di Kuala Lumpur. Inilah yang akan diwujudkan,” kata Perdana Menteri Malaysia Najib Razak setelah upacara penandatanganan yang juga dihadiri Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong seperti dikutip dari Reuters, Selasa (19/7/2016).

Kedua negara menandatangani memorandum of understanding proyek tersebut di bawah perjanjian bilateral yang akan diselesaikan pada akhir tahun ini.

Saat ini dibutuhkan waktu sekitar empat jam berkendara sejauh 300 kilometer dari Singapura ke ibu kota Malaysia.

Pengumuman ini mencerminkan perbaikan hubungan kedua negara tetangga tersebut.

Singapura merupakan bagian dari Malaysia hingga akhir kolonialisme Inggris. Namun, keduanya kemudian berpisah pada 1965 yang membuat suram hubungan ekonomi dan diplomasi antara keduanya selama berppuluh-puluh tahun.

Hubungan kedua negara mulai membaik dalam beberapa tahun belakangan kendati adanya investigasi oleh otoritas keuangan Singapura terkait skandal miliaran dolar yang melibatkan 1MDB Malaysia.

Jalur kereta api ini akan memiliki enam stasiun plus terminal di Singapura dan Bandar Malaysi sekitar 7 kilometer dari pusat kota Kuala Lumpur.

Najib mengatakan tender proyek terebut akan dimulai tahun depan. Sejauh ini belum ada estimasi terkait biaya tetapi media Malaysia melaporkan proyek ini kemungkinan menelan lebih dari US$10 juta. Perusahaan dari China, Jepang, Korea Utara serta Eropa menyatakan minat atas proyek ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Setyardi Widodo
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper