Kabar24.com, JAKARTA - Gerakan Pemuda Ansor menyerukan agar semua pihak berjuang untuk mengakhiri semua bentuk pengasingan, diskriminasi, permusuhan dan konflik atas nama agama.
"Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad (Saw) untuk menjadi rahmat bagi semua ciptaan, dan sebagai sarana untuk menyempurnakan akhlak mulia dan mewujudkan kebajikan," ujar Ketua Umum GP Ansor pada acara Global Unity Forum (GUF) yang digelar di Jakarta, Kamis (12/5/2016).
Global Unity Forum (GUF) 2016 adalah forum yang mempertemukan para aktivis pemuda, budayawan, dan tokoh lintas agama dari sejumlah negara. Forum ini dikemas dalam bentuk konferensi dan ditutup dengan deklarasi bersama.
Yaqut mengatakan Konflik atas nama agama terjadi lagi, dan kembali berulang sepanjang zaman. Dunia pun kini telah terjatuh ke jurang kekacauan.
Sepanjang sejarah, katanya, nilai-nilai luhur agama telah menjadi sesuatu yang menginspirasi kebesaran manusia dan peradaban. Namun sejarah juga menunjukkan bahwa agama dapat berfungsi sebagai alat yang efektif dari sebuah nafsu serakah dan penaklukan.
"Dalam sejarah Islam, demikian juga Kristen, memberi bukti cukup. Peristiwa terkini di Myanmar, dan perilaku Jepang saat Perang Dunia II, memberikan gambaran bagaimana agama Buddha dan Shinto telah digunakan untuk tujuan yang sama. Lalu, pembunuhan Mahatma Gandhi oleh ekstrimis Hindu garis keras," ujarnya.
Menurutnya, akar penyebab dari masalah ini adalah sifat manusia itu sendiri, dan kecenderungan pemeluk agama untuk melihat diri secara ekslusif dan merasa lebih unggul, dan paling benar.
"Kapan pun dan di manapun pandangan ini mendominasi, agama dapat menjadi penyebab, atau menjadi sarana yang efektif untuk menciptakan terjadinya konflik," katanya.
Pandangan eksklusif agama menimbulkan pengasingan dan perpecahan. Ketika memiliki kekuasaan politik, hal itu juga mengilhami diskriminasi.
Gerakan ISIS (Islamic State of Iraq and Suriah), al-Qaeda, dan pembersihan agama saat ini di Timur Tengah hanyalah manifestasi kontemporer fenomena kuno, yang telah menuai cucuran air mata dan kesedihan sepanjang sejarah.
"Kita perlu meruntuhkan dinding pemisahan agama dan meninggalkan kekerasan sektarian iman, yang sering digunakan untuk membenarkan kebencian, diskriminasi dan kekerasan terhadap orang lain," ujarnya.
Sebaliknya, kita harus melihat agama sebagai sumber ajaran luhur yang menyuruh untuk mengembangkan kebajikan (akhlaqulkarimah) dan menjadi berkah bagi semua ciptaan.
"Ini adalah aspek spiritual agama yang memanggil kita untuk menjadi sebenar-benarnya manusia, dan untuk memanusiakan manusia, bukan merendahkan yang lain," kata Yaqut.