Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PROPERTI JAWA TIMUR: Permintaan Triwulan II dan III Menguat

Perbankan dan pelaku bisnis properti sependapat soal prospek bisnis pada triwulan II dan III/2016, mereka yakin menguat.
Ilustrasi
Ilustrasi

Kabar24.com, SURABAYA—Perbankan dan pelaku bisnis properti sependapat soal prospek bisnis pada triwulan II dan III/2016, mereka yakin menguat.

 

Taufik Saleh, Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Bank Indonesia JawaTimur, menyatakan selepas triwulan pertama tahun ini permintaan akan menguat sehingga berpotensi mendorong harga terkerek.

 

“Ada indikasi peningkatan permintaan yang lebih kuat sehingga indeks harga residensial meningkat,” katanya kepada Bisnis, Senin (7/3/2016).

 

Baik properti residensial primer maupun sekunder sama-sama menguat permintaannya. Untuk rumah primer penguatan dirasakan di semua segmen baik subsidi, menengah, maupun atas. Adapun rumah sekunder khusus untuk segmen menengah dan atas saja.

 

Sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia bahwa permintaan akan menguat selepas Maret, pertumbuhan harga properti residensial pasar primer triwulan pertama sebesar 4,3% diyakini sebagai bottom.

 

Bottom alias pencapaian terbawah mengindikasikan angka tersebut sebagai batas pertumbuhan harga paling minim sepanjang tahun ini. Pada triwulan mendatang diramalkan growth lebih tinggi seiring dengan permintaan yang bertambah.

 

Taufik mengatakan kenaikan harga properti residensial tersebut akan terjadi karena kebutuhan yang bertambah. Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan konsumsi masyarakat menjadi salah satu katalisator geliat bisnis properti.

 

“Triwulan 2 dan 3 tahun ini akan lebih baik, lebih ramai. Ini semacam doa agar kedepan lebih baik prospeknya,” ucap dia.

 

Wakil Ketua Realestat Indonesia Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Herry Djauhari mengutarakan hal senada dengan Bank Indonesia Jatim. Sejalan dengan bertambahnya peminat, harga propertipun bisa terdongkrak.

 

“Tapi setiap daerah punya potensinya masing-masing. Wilayah Surabaya timur beda kasusnya, bisa-bisa kenaikan harganya lebih tinggi di atas yang lain,” ucap dia.

 

Secara umum REI menilai Jawa Timur tetap prospektif untuk menggarap bisnis properti. Saat ini masih ada back log di wilayah ini sekitar 670.000 rumah. Jumlah semakin membumbung lantaran tahun lalu bisnis properti tidak tumbuh subur.

 

Oleh karena itu, pada tahun pemulihan 2016 semestinya back log yang ada bisa menjadi peluang usaha. Tapi masalah ini bisa-bisa abadi selama perkara pengadaan tanah tak kunjung menemukan jalan keluar padahal ini faktor penentu.

 

“Untuk rumah subsidi pengembang siap membangun, tetapi persoalannya untuk mencari tanah yang sesuai dengan perhitungan ekonomi itu tidak kunjung ketemu, di situ peran negara,” ucap Wakil Ketua REI Jawa Timur Nurwakhid.

 

Selain membantu dari sisi pengadaan tanah, pengembang juga berharap bisa diberikan stimulus dari segi penyediaan infrastruktur. Tentu yang dimaksud bukan hanya infrastruktur jalan tetapi juga kelistrikan dan lain-lain.

 

Pembiayaan Bank Syariah

 

Dalam upaya memiliki rumah, masyarakat selama ini hanya terpaku pada fasilitas kredit yang diberikan bank konvensional. Padahal ada opsi lain, yakni pembiayaan rumah oleh bank syariah.

 

Nurwakhid berpendapat bank syariah bisa jadi alternatif pembiayaan rumah selain bank konvensional. Tapi peminatnya tak sebanyak kredit pemilikan rumah (KPR) lantaran masuarakat kurang familiar dengan segmen perbankan islami ini.

 

“Padahal menurut saya, untuk jangka panjang pembiayaan rumah oleh bank syariah membantu. Bunga flat. Angsuran Rp1 juta ya Rp1 juta terus, sedangkan bank konvensional kan tidak,” ucap Nur.

 

Sejalan dengan kecilnya minat pasar, perbankan syariahpun tak berani pasang target tinggi. Hal ini diamini Branch CoordinatorWilayah Timur Bank BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya Edwin Fitrianto.

 

Meskipun permintaan diprediksi meningkat dan perekonomian menguat tetapi BNI Syariah hanya berani membidik target konservatif. “Pembiayaan rumah untuk end user memang sempat turun pada tahun lalu,” katanya.

 

Sepanjang 2015 kredit pemilikan rumah yang disalurkan BNI Syariah berkisar Rp400 miliar – Rp500 miliar. Untuk tahun ini target yang dibidik ada di kisaran yang sama. Target konservatif ini sudah dengan asumsi bisnis berjalan baik, kalau sebaliknya bisa-bisa angkanya susut.

 

BNI syariah menilai Surabaya tetap jadi pasar paling menggiurkan di Jawa Timur. Kontribusi Kota Pahlawan terhadap realisasi pembiayaan rumah tahun lalu mencapai 50%. Segmen yang paling banyak dimasuki adalah rumah tapak seharga Rp300 jutaan untuk first time buyer.

 

“Saya yakin daya beli baik minimal sama seperti tahun lalu. Memang daya beli masyarakat ini faktor yang menentukan,” ucap Edwin.

 

Kendatipun Surabaya menjadi pasar paling menggiurkan, tetap ada wilayah lain di Jawa Timur yang diyakini potensial secara jangka panjang. Sebut saja Kediri, Lamongan, Tuban, Magetan, dan Madiun. Wilayah ini menarik sejalan dengan terus berjalannya pembangunan infrastruktur.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper