Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KETEGANGAN LAUT CHINA SELATAN: AS Tuding China Naikkan Ketegangan

Amerika Serikat menuding China, Kamis (19/2/2016), meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan dengan penempatan peluru kendali darat-ke-udara di sebuah pulau yang disengketakan.
Aktivitas kapal milik China di sekitar pulau karang Laut China Selatan./Reuters
Aktivitas kapal milik China di sekitar pulau karang Laut China Selatan./Reuters

Bisnis.com, WASHINGTON -  Amerika Serikat menuding China,  Kamis (18/2/2016), meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan dengan penempatan peluru kendali darat-ke -udara di sebuah pulau yang disengketakan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS John Kirby mengatakan citra satelit komersial menunjukkan penempatan "sangat baru" rudal-rudal di Pulau Woody, kepulauan Paracel yang bertentangan dengan janji China untuk tidak melakukan militerisasi di Laut China Selatan.

"China mengatakan satu hal, dan kemudian melakukan hal berbeda," kata Kirby.

"Kami tidak melihat indikasi bahwa... upaya militerisasi ini, telah berhenti. Dan mereka tidak melakukan apapun untuk membuat situasi di sana lebih stabil dan lebih aman. Kenyataannya, mereka memiliki efek yang bertentangan." Pada Rabu, Menlu AS John Kerry mengatakan AS akan melakukan pembicaraan "sangat serius" dengan China mengenai militerisasi Laut China Selatan.

China memberikan sedikit tanggapan spesifik atas laporan penempatan rudal ini, yang pertama kali muncul di Fox News pada Selasa (16/2/2016). Negara tersebut menuduh media Barat "melebih-lebihkan" cerita dan mengatakan Tiongkok mempunyai hak atas fasilitas militer di kawasan yang menurut mereka adalah miliknya.

China mengklaim hampir seluruh kawasan Laut China Selatan, yang menjadi jalur lalu lintas bagi perdagangan dunia senilai lebih dari US$5 triliun.

Vietnam, Malaysia, Brunei, Filipina dan Taiwan juga memiliki klaim atas kawasan tersebut.

Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop, pejabat senior Barat pertama yang mengunjungi China sejak munculnya laporan itu, mengatakan ia mengangkat isu militerisasi Laut China Selatan dalam pertemuannya di Beijing, Kamis (18/2/2016).

Ia mengatakan kepada wartawan setelah pertemuan dengan diplomat senior China,  Konselor Yang Jiechi, bahwa China "menantang" laporan pengerahan itu tetapi  tidak membantah maupun mengakui keberadaan rudal-rudal tersebut di sana.

"Jadi sampai kami memiliki gambaran jelas mengenai hal ini, tentu saja hal tersebut akan menjadi keprihatinan," katanya.

Bishop merujuk pada komentar Presiden China Xi Jinping di Washington pada 2015 bahwa China tidak berniat melakukan militerisasi pulau-pulau di Laut China Selatan, dan menambahkan: "Kami pastinya memegang janji China dan itu sudah diulang kembali kepada saya."

Fasilitas pertahanan terbatas Yang menjelaskan bahwa kepulauan di Laut China Selatan itu sudah sejak lama merupakan wilayah China dan "fasilitas pertahanan terbatas yang dikirim China di wilayahnya sendiri tidak ada kaitannya dengan militerisasi," demikian pernyataan Pemerintah China.

Yang menambahkan bahwa Australia perlu memegang janjinya untuk tidak berpihak dan "tidak terlibat di dalam atau mengambil tindakan apapun untuk mengganggu perdamaian dan stabilitas kawasan ataupun hubungan China-Australia." Pada Jumat (19/2/2016), jurubicara Kemenlu China Hong Lei mengatakan China tidak memiliterisasi Kepulauan Sraptly dan mengritik patroli udara dan air AS yang dilakukan di kawasan tersebut.

"Aksi-aksi ini telah meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan dan merupakan militerisasi Laut China Selatan," kata Hong, saat ditanya mengenai pernyataan Kirby.

AS tidak memiliki klaim atas kawasan di Laut China Selatan, tetapi  mengungkapkan keprihatinan mendalam bahwa peningkatan upaya China dalam klaim wilayah itu bisa mempengaruhi rute perdagangan global yang melaluinya.

Beijing dibuat marah oleh patroli udara dan air yang dilakukan AS di dekat kepulauan yang diklaimnya di Laut China Selatan.

Diantara patroli tersebut adalah yang dilakukan oleh dua pengebom strategis B-52 pada November dan sebuah kapal perusak AL AS yang berlayar dalam jangkauan 12 mil laut Pulau triton di paracels bulan lalu.

Tabloid berpengaruh Global Times dalam ediorialnya, Kamis (18/2/2016), mengatakan bahwa China perlu memperkuat "pertahanan dirinya" di Laut China Selatan dalam menghadapi "provokasi lebih sering dari militer AS".

"Jet-jet tempur dari AS, negara luar, mungkin merasa tidak mudah saat melakukan penerbangan provokatif di kawasan ini. Bagi kami, itulah akibat yang sepatutnya," katanya terkait laporan penempatan rudal tersebut.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA/REUTERS
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper