Kabar24.com, TAIPEI -Presiden Taiwan Ma Ying-jeou membuat Amerika Serikat mencak-mencak.
AS mengecam Presiden Taiwan Ma Ying-jeou setelah ia mengumumkan rencana berkunjung ke pulau sengketa di Laut China Selatan, Kamis.
Bagi AS, rencana tersebut "sangat tidak membantu" perdamaian di wilayah penuh kemelut tersebut.
Pengumuman atas kunjungan itu keluar beberapa pekan setelah petugas keamanan pantai Taiwan mengusir kapal ikan Vietnam di dekat pulau Taiping, pulau kecil kelolaan Taiwan di gugusan kepulauan Spratly.
Deretan pulau tersebut diaku sebagian atau keseluruhan oleh Vietnam, Tiongkok, Filipina, Malaysia, dan Brunei.
"Kami kecewa atas rencana Presiden Ma Ying-jeou mengunjungi pulau Taiping," kata Sonia Urbom, juru bicara Lembaga Amerika di Taiwan, yang secara de facto adalah Kedutaan AS seperti dikutip Antara, Rabu (27/1/2016).
"Tindakan itu sangat tidak membantu dan tidak memberikan sumbangan terhadap upaya perdamaian atas sengketa di Laut China Selatan," kata perempuan tersebut.
AS merupakan sekutu utama Taiwan dan pemasok utama persenjataan, namun telah berulang kali menegaskan tidak ingin melihat peningkatan ketegangan di wilayah tersebut.
Taiwan pada Rabu pagi menyatakan keinginannya menegaskan kembali kedaulatannya di Taiping.
"Pulau Taiping merupakan bagian melekat dari wilayah Republik Tiongkok (ROC/Taiwan)," kata juru bicara kantor kepresidenan Taiwan, Charles Chen, yang secara resmi menggunakan nama ROC untuk Taiwan.
Tujuan perjalanan tersebut untuk mengunjungi personel Taiwan yang ditempatkan di sana menjelang libur Tahun Baru Imlek, kata Chen.
China yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan mengklaim hampir seluruh wilayah Laut China Selatan, memberikan tanggapan terukur atas kunjungan tersebut.
Meskipun Taiwan menjalankan pemerintahannya secara tersendiri setelah berpisah dari China daratan sejak perang sipil pada 1949 , Beijing masih menganggapnya sebagai bagian dari "Satu China" untuk disatukan lagi.
"Itu tanggung jawab bersama dan tugas bersama di daratan dan Taiwan untuk menjaga kedaulatan negara dan keutuhan wilayah," kata Ma Xiaoguang, juru bicara Kementerian China urusan Taiwan, sebagaimana dilaporkan kantor berita resmi China, Xinhua.
Hanya sekali Presiden Taiwan mengunjungi Pulau Taiping pada 2008 sejak mantan Presiden Chen Shui-bian pergi ke sana.
Presiden Ma, yang memimpin Partai Kuomintang yang bersahabat dengan China, kurang dari empat bulan meninggalkan jabatan periode keduanya dan akan digantikan oleh Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang memenangi pemilihan presiden dengan kemenangan telak pada awal bulan ini.
Kantor kepresidenan mengundang Tsai untuk ikut dalam kunjungan tersebut, namun pihak DPP menyatakan tidak berencana mengirimkan perwakilannya.
Taiwan meningkatkan kehadirannya di Taiping, pulau terbesar di Spratly.
Kunjungan itu untuk meresmikan mercusuar bertenaga surya dan memperluas landasan udara serta dermaga yang dibangun di pulau tersebut akhir tahun lalu.
China dilihat sebagai pihak lain yang mengklaim Spratly sebagai ancaman terbesar di Laut China Selatan.
Secara terpisah, Taiwan melangsungkan latihan militer, Selasa hingga Rabu untuk mengatasi meningkatnya kekhawatiran atas ketegangan dengan China yang makin memanas sejak terpilihnya Tsai.
DPP secara tradisi sebagai partai yang mendukung kemerdekaan Taiwan dan hubungannya dengan Beijing mungkin dingin setelah upaya pendekatan yang dilakukan pemerintahan di bawah Partai Kuomintang.