Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur China Melemah Lagi

Pelemahan manufaktur China berlanjut hingga Desember 2015 setelah empat bulan berturut-turut berkontraksi
Manufaktur China/Reuters
Manufaktur China/Reuters

Bisnis.com, SHANGHAI -- Pelemahan manufaktur China berlanjut ke Desember 2015 setelah empat bulan berturut-turut terkontraksi atau kemerosotan terpanjang sejak 2009. 

Meskipun purchasing managers index (PMI) naik ke posisi 49,7 bulan lalu dari level terendah dalam tiga tahun 49,6 pada November menurut Biro Statistik Nasional, angka itu di bawah estimasi median 49,8 dalam survei ekonom yang digalang Bloomberg. Sementara itu, PMI nonmanufaktur melesat ke posisi 54,4, kevel tertinggi sejak Agustus 2014. Angka di bawah 50 mengindikasikan kontraksi. 

Pemulihan tak signifikan sepanjang kelesuan sektor manufaktur di Negeri Tirai Bambu itu mengikuti stimulus bertahap, termasuk enam kali pemangkasan suku bunga oleh People's Bank of China (PBoC). Upaya otoritas moneter mencapai target pertumbuhan Perdana Menteri Li Keqiang sekitar 7% tahun ini rupanya juga menghadapi tekanan dari ketenagakerjaan, yang ajek akibat sektor jasa tak bergerak. Para ekonom mengatakan kontraksi yang terus berlangsung memproyeksikan kelanjutan dukungan moneter dan fiskal. 

"Sektor manufaktur masih menghadapi tantangan kuat. Kebijakan moneter akan terus akomodatif dan kebijakan fiskal akan lebih proaktif," kata ekonom Commerzbank AG di Singapura Shou Hao yang dikutip Bloomberg, Sabtu (2/1/2016).

Biro Statistik Nasional melaporkan operasi beberapa pabrikan terpengaruh oleh penurunan harga minyak yang membuat anjlok indeks harga perdagangan besar dan bahan baku, bersamaan dengan likuiditas yang mengetat pada akhir tahun. 

"Pemulihan indeks menunjukkan momentum pertumbuhan mulai stabil menyusul upaya stimulus. Namun, indeks di bawah 50 yang membedakan ekspansi dan konstraksi menunjukkan ekonomi masih lemah," ujaf ekonom Bloomberg Intelligence di Hong Kong, Fielding Chen, dalam catatannya.

Angka PMI pada Desember membawa indeks rata-rata sepanjang 2015 ke posisi 49,9, di bawah 50,7 sepanjang lima tahun berturut-turut. 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper