Kabar24.com, TANGERANG--Perlambatan pertumbuhan ekonomi selama triwulan pertama secara antartriwulan bukan penyebab tunggal peningkatan level kemiskinan di Provinsi Banten pada September 2014 - Maret 2015, ada inflasi yang turut berandil khususnya inflasi bahan makanan.
“Selain ganggian produksi akibat cuaca dan pergeseran musim tanam, kenaikan harga bahan bakar juga mendorong kenaikan harga bahan makanan,” ujar Kepala Bank Indonesia Banten Budiharto Setyawan dalam paparan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional, Selasa (29/12/2015).
Masyarakat pedesaan di Provinsi Banten mengalami pukulan lebih telak dalam urusan perut dibandingkan penduduk kota selama September 2014 – Maret 2015. Kondisi ini ditunjukkan dengan kenaikan tingkat kemiskinan di pedesaan sebesar 0,60% menjadi 7,78%, sedangkan di perkotaan hanya meningkat 0,29% ke level 5,03%.
Walaupun di desa tingkat kemiskinan lebih membumbung, tetapi kesenjangan ekonomi antara si miskin dan si kaya lebih terasa di kota. Kondisi ini tampak dari indeks kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan perkotaan yang naik lebih tinggi daripada desa.
Budiharto menjelaskan indeks kedalaman kemiskinan di kota pada September tahun lalu 0,65 sedangkan pada Maret tahun ini naik jadi 0,87, ada kenaikan 0,22 poin. Adapun pedesaan dengan komparasi periode yang sama tercatata stagnan di level 1,08.
Sementara itu untuk indeks keparahan kemiskinan di kota naik 0,09 poin ke level 0,23 pada Maret tahun ini dibandingkan September tahun lalu sebesar 0,14. Adapun di desa malah terjadi penurunan indeks, yakni dari 0,27 menjadi 0,22.
Secara umum tingkat kemiskinan di Banten selama Maret tahun ini 5,90% dengan jumlah penduduk miskin 702.400 jiwa. Apabila dibandingkan dengan tahun lalu maka angka ini mengalami kenaikan. Pada September tahun lalu masih di level 5,51% dengan jumlah penduduk 649.190 orang.