Kabar24.com, BANDUNG -- Untuk menjaga kelestarian kesenian asli Indonesia, perlu adanya kesenian yang diajarkan turun temurun kepada generasi penerus. Salah satunya melalui pendidikan seni yang berlangsung di sekolah formal maupun nonformal.
Dosen Antropologi Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajahmada (UGM), Lono Lastoro Simatupang mengatakan, dalam sistem pendidikan formal, penyelenggaraan pendidikan seni sebagai media pembentukan karakter bertabrakan dengan praktik pendidikan seni.
"Praktik pendidikan seni di sekolah formal cenderung berorientasi pada pencapaian keterampilan teknik seni dan presentasi keterampilan di arena publik. Seperti lewat lomba, pameran dan pementasan," ujar Lono dalam Kongres Kesenian Indonesia (KKI) 2015, Jumat (4/12/2015).
Menurut Lono, praktik pendidikan seni yang seharusnya diajarkan adalah pendidikan seni sebagai media peningkatan intensitas dan pengayaan pengalaman batin siswa yang diutamakan.
"Ternyata kondisi yang sama terjadi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah umum," ungkapnya.
Sementara pada pendidikan nonformal dalam bidang seni tradisi cenderung melemah, sementara dalam bidang seni modern tampak mulai bergerak menguat di kalangan anak muda perkotaan.
"Satu sisi sering jumpai sanggar seni tradisi yang kehilangan daya hidupnya. Di sisi lain kita sering saksikan semakin marak komunitas seni modern yang kreatif ciptakan teknologi pesona dan pengalaman publik yang baru," paparnya.
Untuk lebih mengenalkan kesenian tradisional demi menjaga kelestariannya, seniman harus terjun langsung memberi pengalaman seninya langsung kepada siswa.
Seperti dikatakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, perlu ada kolaborasi antara guru di sekolah dengan seniman agar siswa mendapatkan pengalaman seni yang nyata sebagai pembelajaran.
"Jadi seniman juga harus turun gunung. Masuk ke sekolah sekolah memberikan pengalaman dan spirit bagi siswa," kata Menteri Anies.