Kabar24.com, BANDUNG- Munculnya global art market memicu pandangan yang percaya bahwa globalisasi telah muncul di sektor budaya.
"Global art market jadi tanda penting. Dan harus dijadikan momentum untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada dunia," ungkap kritikus seni, Jim Supangkat dalam acara Kongres Kesenian Indonesia, Bandung, Kamis (3/12/2015).
Menurutnya, untuk membahas global art market perlu kehati-hatian karena para kolektor dibalik global art market adalah masyarakat dunia seni rupa atau artwork public yang secara demokratis tidak bisa diabaikan pandangannya.
"Padalah global art market nyata-nyata menunjukkan komodifikasi seni dengan angka gila-gilaan yang menjadi salah satu ajang financial speculation yang jadi penyebab global financila crisis pada 2008," papar pematung asal Sulawesi Selatan ini.
Di era globalisasi, dikatakan Jim, keyakinan seni kontemporer mengalami mediasi dengan global youth culture.
Dengan adanya global youth culture, muncul penilaian dari luar lingkungan seniman sebagai otoritas yang harus dikritik.
"Karena populasi seniman masih lebih banyak daripada populasi kurator, kritikus dan sejarawan seni rupa. Jadi pendapat seniman secara demokratis darus dibenarkan," tuturnya.
Untuk menghadapi persaingan global, katanya, seniman Indonesia harus berjalan bersama dengan prioritas pemerintah dalam kegiatan seni.
"Kesenian yang berkaitan dengan kebudayaan dalam level berpikir seperti filsafat dan budaya, itulah yang harus diperhatikan dan dimanage betul," katanya.
Seperti diketahui, di negera maju, pemerintah sangat peduli dengan kebudayaan dengan manajemen yang rinci serta anggaran yang layak.
"Makanya seniman kita gak ada yang muncul kepermukaan. Karena tidak di manage," pungkasnya.