Bisnis.com, BEIJING -- Beijing mengatakan, Rabu, Presiden AS Barack Obama tidak seharusnya terlibat dalam sengketa di Laut China Selatan, setelah ia meminta penghentian pembangunan pulau buatan di kawasan sengketa itu.
"Amerika Serikat harus berhenti memainkan masalah Laut Tiongkok Selatan, berhenti meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan dan berhenti memperumit sengketa di Laut China Selatan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Hong Lei di Beijing, Rabu (18/11/2015).
"Tidak ada satu negara pun punya hak menudingkan jari ke pembangunan, yang dilakukan China," tambah dia.
Peringatan itu diberikan setelah Obama bertemu dengan Presiden Filipina Benigno Aquino di Manila dalam pertemuan tahunan Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC).
Beijing mengubah sejumlah karang dan batuan di perairan sengketa itu menjadi pulau-pulau buatan yang bisa menampung berbagai fasilitas untuk tujuan militer, sehingga menimbulkan kekhawatiran negara pengklaim lain.
"Kami mendiskusikan akibat dari kegiatan reklamasi lahan dan rekonstruksi oleh China terhadap stabilitas kawasan," kata Obama kepada wartawan setelah pertemuan itu.
"Kami sepakat mengenai perlunya langkah-langkah tegas untuk menurunkan ketegangan, termasuk janji untuk menghentikan reklamasi lebih jauh, pembangunan baru, dan militerisasi kawasan sengketa di Laut China Selatan," katanya.
Negara anggota APEC, yaitu Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan masing-masing mengklaim sebagian kawasan perairan itu, yang diyakini mengandung cadangan minyak dan gas melimpah.
Beijing mengklaim hampir seluruh wilayah Laut Tiongkok Selatan, bahkan perairan di dekat pantai di negara tetangganya di Asia.
LAUT CHINA SELATAN: China, AS Setop Tingkatkan Ketegenagan Konflik
Beijing mengatakan, Rabu, Presiden AS Barack Obama tidak seharusnya terlibat dalam sengketa di Laut China Selatan, setelah ia meminta penghentian pembangunan pulau buatan di kawasan sengketa itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
1 jam yang lalu
Donald Trump Pilih Pam Bondi Jadi Calon Jaksa Agung AS
6 jam yang lalu