Kabar24.com, JAKARTA -- Pimpinan KPK nonaktif jilid II, Haryono Umar menilai saat ini KPK memiliki kesuksesan yang besar. Namun, KPK kurang menyadari risiko besar yang perlu mendapat penanganan segera.
"KPK memiliki brand yang besar dan dibangun berdasar kinerja. Tidak ada satu kasus yang ditangani KPK yang tidak selesai," ujar Haryono dalam diskusi publik Peta Jalan KPK dan Masa Depan Pemberantasan Korupsi di Jakarta Pusat, Rabu (28/10/2015).
Haryono juga menambahkan bahwa prestasi yang diraih KPK saat ini masih harus diimbangi dengan penanganan risiko yang dapat dihadapi KPK.
Risiko-risiko yang perlu penanganan menurut Haryono antara lain risiko personel dimana turn over personel penyelidik, penyidik dan penuntut KPK yang cukup tinggi.
Selain itu, adanya pandangan mengenai indepensi penyidik yang dimiliki oleh KPK.
Persoalan lain yang harus segera mendapat penanganan adalah taring KPK yaitu penyadapan yang terancam untuk dihapuskan.
Tanpa adanya kewenangan penyadapan tersebut, KPK tidak dapat secara maksimal menindak dugaan kasus korupsi.
Awalnya risiko dialami KPK masih tergolong kasus per kasus karena hanya menyasar pada penyidik dan penanganan masing-masing kasus.
Misalnya melalui gugatan praperadilan yang diajukan.
Namun, saat ini pola pelemahan KPK mulai bergeser menjadi pelemahan sistemik dengan pembentukan opini dan perombakan undang-undang.
Haryono menegaskan KPK perlu menyiapkan sistem managemen risko atau risk management system karena KPK adalah lembaga paling berisiko di Indonesia.
"KPK berjuang sendiri. Padahal [korupsi] ini musuh kita bersama. Kondisi KPK saat ini tidak ada yang tahu," ujar Haryono.