Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KABUT ASAP: Proyek atau Kebodohan Daerah?

Kabut asap sejatinya tidak perlu terjadi hingga membesar seperti saat ini. Namun, karena reaksi yang terlalu lamban di tingkat daerah kejadian, membuat api kecil menjadi besar. Mereka terlalu bersikap anggap remeh terhadap asap. Terlalu masa bodoh dengan membiarkan gejala awal.
Ratusan mahasiswa Universitas Riau berunjuk rasa sebagai bentuk keprihatinan terhadap bencana kabut asap kebakaran lahan dan hutan, di Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (23/10)./Antara
Ratusan mahasiswa Universitas Riau berunjuk rasa sebagai bentuk keprihatinan terhadap bencana kabut asap kebakaran lahan dan hutan, di Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (23/10)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA --- Kabut asap sejatinya tidak perlu terjadi hingga membesar seperti saat ini. Namun, karena reaksi yang terlalu lamban di tingkat daerah kejadian, membuat api kecil menjadi besar. Mereka terlalu bersikap anggap remeh terhadap asap.  Terlalu masa bodoh dengan  membiarkan gejala awal.

Pengalaman adalah guru yang baik ternyata tidak berlaku di pengelola daerah yang menjadi pusat titik api.  Mereka justru seperti keledai yang terantuk di batu yang sama untuk kedua kalinya. Bila saja pemerintah daerah dan masyarakatnya mau belajar  dari kasus kabut asap tahun-tahun lalu , di negeri ini  tidak perlu ada korban --seperti bayi berusia delapan bulan-- yang meninggal akibat asap. Kini sudah 12 meninggal.

Kabut asap  telah membuat bangsa ini pontang-panting.  Korem 101 Banjarmasin, Kalimantan Selatan, telah menyelesaikan 90 embung untuk mengatasi kebakaran lahan gambut yang ada di sekitar Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Banjarmasin dan di Guntung Damar Guntung Payung Banjarbaru.

Di Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Sumatra Utara, Kalimantan kabut asap sisa pembakaran lahan dan gambut yang terbakar akibat kemarau, terjadi.

Ribuan warga terkena dampak berupa infeksi  saluran pernapasan akut atau ISPA.  Mengutip data Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Musirawas  2.400 orang warga Kabupaten Musirawas Sumatera Selatan menderita inpeksi saluran pernafasan akut setiap bulan, akibat kabut asap tebal melanda wilayah kabupaten tersebut.

Pasien ISPA (infeksi saluran pernafasan atas/akut) yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, diduga dipicu oleh kabut asap meningkat dari 24 orang pada Agustus menjadi 54 pada Oktober 2015.

Pasien penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Rumah Sakit Umum Daerah Curup Kabupaten Rejanglebong, Provinsi Bengkulu, terhitung Januari sampai September 2015 mencapai 109 orang. Jumlah penderita inspeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Kota Padangsidimpuan, Sumatra Utara, sejak Juli hingga September 2015 mencapai 2.992 orang.

Ini belum seberapa dan sekadar gambaran kecil di balik kabut asap.  Lantaran  warga Singapura dan Malaysia pun terkena efek kabut itu. Dua negera jiran yang paling dekat dengan Indonesia. Kepala Negara Joko Widodo atau Jokowi pun harus  keluar masuk hutan untuk melihat situasi di lapangan.

Bahkan, Sejumlah artis seperti Alya Rohali, Zaskia Sungkar, Yuni Shara, Zora Vidyanata dan Kanaya Thabita menggelar aksi Sejuta Kaleng Oksigen untuk membantu korban kabut asap di Kalimantan dan Sumatra. Acara tersebut bekerja sama dengan Rumah Pandai Indonesia. Mereka  mendistribusikan oksigen portable dalam bentuk kaleng  ke beberapa daerah seperti Jambi, Riau, Palembang dan Kalimantan.

Dr Robert Field,  ilmuwan di Goddart Institute for Space Studies NASA,  yang dikutip  oleh The Straits Times, menyebut asap kebakaran hutan Indonesia saat ini, yang menyelimuti beberapa negara Asia Tenggara, hampir separah masalah serupa yang pernah terjadi pada 1997.  "Kondisi di Singapura dan Sumatra sudah semakin mendekati (kondisi) pada 1997," ujarnya.

Kondisi ini memang tidak bisa dibiarkan.  Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menilai kebakaran hutan dan kabut asap yang sangat luas dapat menurunkan reputasi Indonesia di dunia internasional.  "Kebakaran hutan yang terjadi terutama di Pulau Sumatera dan Kalimantan menimbulkan kabut asap sampai di udara negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia," katanya.

Apalagi Duta Besar Kerajaan Norwegia di Jakarta Stig Traavik mengemukakan masyarakat dunia ikut mengamati dan merasa prihatin atas kebakaran hutan dan kabut asap dari Indonesia karena dampaknya menurunkan kualitas kehidupan.

Kabut asap harus ditanggulangi. Korban sudah banyak jatuh, termasuk anak-anak balita. Jumlah korban bertambah  harus dihindari. Membiarkan kabut asap membuat biaya semakin lama semakin  mahal. Lantaran areal terjangkit dan korban bertambah banyak.

Mengutip keterangan Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan Menurut  hingga saat ini, dana yang sudah dikeluarkan BNPB sebesar Rp385 miliar dan sekarang sudah ada tambahan anggaran yang disiapkan sebesar Rp700 miliar lagi.

Padahal, untuk membangun  sektor lain, saat ini kita membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Kita seharusnya tak perlu seperti keledai. Namun seperti manusia, yang punya akal dan budi. Karena itu, kita harus menegaskan kabut asap tak boleh terjadi lagi di negeri ini, hari ini, besok atau  kapan saja. Haram hukumnya. Bukan sebaliknya, menjadikan kabut asap peristiwa tahunan dan proyek mencari fulus.

Halaman Selanjutnya
1. Kasus Asap London 1952

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : Dari berbagai sumber

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper