Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asal Usul Rokok Kretek di Indonesia

Rokok kretek rupanya menyimpan sejarah di balik namanya. Sejarah bermula dari inovasi Haji Djamhari pada 1880. Dia membuat inovasi cengkeh di dalam tembakau untuk merokok.
Buruh mengerjakan proses pelintingan rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) di Kudus, Jawa Tengah, Jumat (22/5)./Antara-Yusuf Nugroho
Buruh mengerjakan proses pelintingan rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) di Kudus, Jawa Tengah, Jumat (22/5)./Antara-Yusuf Nugroho

Kabar24.com, JAKARTA -- Rokok kretek rupanya menyimpan sejarah di balik namanya. Sejarah bermula dari inovasi Haji Djamhari pada 1880. Dia membuat inovasi cengkeh di dalam tembakau untuk merokok.

"Jika merokok akan mengeluarkan bunyi kretek... kretek... Di situlah nama kretek berasal," terang penulis buku Ekspedisi Cengkeh Puthut EA pada diskusi Rempah, Cengkeh dan Kretek di Museum Nasional, Rabu (21/10/2015) siang.

Dia menceritakan, inovasi Haji Djamhari yang melahirkan kreativitas dan kelak menjadi produk penting di  industri nasional ini berawal karena dirinya kala itu sedang sakit bengek. Karena tak kunjung sembuh dengan mengoleskan minyak, maka dia mencoba dengan ikut membakarnya dalam tembakau, kemudian menghisapnya.

"Saat itu cengkeh dijual sebagai obat di apotek," ceritanya lagi.

Saat ini cengkeh masih terserap 95% untuk industri kretek. Sedangkan sisanya dimanfaatkan untuk kosmetik, bumbu dapur, dan obat.

Buku Ekspedisi Cengkeh merupakan hasil ekspedisinya bersama dengan 13 orang dengan anggaran Rp500-600 juta.

Puthu melakukan ekspedisi cengkeh karena cengkeh merupakan tanaman endemis Nusantara. Cengkeh adalah tanaman perdagangan yang sangat tua. Cengkeh tidak hanya digunakan dalam industri kretek. Namun, cengkeh juga digunakan untuk obat dan bumbu masakan. Termasuk, cengkeh digunakan untuk mengawetkan bahan makanan.

"Saya termasuk orang yang suka komoditas Indonesia. Saya ingin banyak tahu tentang cengkeh, tembakau, tebu. Ada banyak komoditas di indonesia yang luar biasa. Baik secara historis, ekonomi, dan nilai sosial budaya. Kenapa cengkeh? Karena kita melakukan perdagangan internasional pertama yakni cengkeh dan pala," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper