Bisnis.com, JAKARTA -- Upaya pemadaman api pada ratusan hektar lahan gambut tidak mudah dilakukan, apa lagi di tengah cuaca ekstrem yang saat ini terjadi.
Bahkan, api yang sedang coba dipadamkan bisa berbalik arah karena tiupan angin dan mengurung regu pemadam kebarakan hutan.
"Saya sendiri takjub melihat kejadian ini, kepala api bisa setinggi 60 meter, terlihat jelas karena malam hari. Saya dan tim pun tidak berani mendekati, jadi pemantauan dilakukan dari jarak sekitar 1 kilometer," kata Danyon Armed 10/Kostrad Letkol Arm Toar Pioh melalui keterangan tertulis yang diterima Selasa (20/10/2015).
Toar mengatakan, pemadaman kebakaran lahan di kawasan distrik Air Sugihan milik PT BAP menghadapi tantangan luar biasa karena dihadapkan pada cuaca ekstrem yang ditandai dengan angin kencang dan udara yang sangat kering.
Ia mengatakan, dari sisi sarana dan prasarana, beserta personel, menurutnya, relatif terpenuhi yakni hampir 1.000 orang lebih personel TNI sudah diturunkan di Sumatra Selatan, beserta dukungkan beberapa unit pesawat water bombing, helikopter dan pesawat tanpa awak (drone) untuk memantau titik api.
"Jika api sudah setinggi 60 meter, siapa yang bisa menahan. Mau seribu orang pun yang dijajarkan untuk memadamkan api, tidak akan efektif, yang ada malah rebutan masuk kanal untuk menyelamatkan diri," ujar Toar.
Sebanyak empat anggota regu pemadam kebakaran perusahaan dengan peralatan lengkap menyemprotkan air ke kepala api dari jarak 60 meter, kemudian secara tiba-tiba muncul angin puting beliung sehingga api dapat berpindah ke atas dahan akasia yang siap panen dengan cepat.
"Kejadian ini berlangsung pada malam hari menjelang subuh, tiba-tiba api berbalik arah dan mengurung regu pemadam kebakaran. Beruntung mereka dekat dengan kanal, jadi masuk ke dalamnya dan bersembunyi sampai dua jam untuk menunggu dievakuasi," kata Toar.
Bahkan, dia melanjutkan, mobil yang akan digunakan mengevakuasi anggota regu pemadam juga sempat terangkat dan hampir masuk kanal akibat derasnya tiupan angin dan udara yang sangat panas sekali saat itu. "Jika sudah begini, maka keselamatan yang dikedepankan," tuturnya.
Sejak berada di lokasi tersebut, lanjutnya, titik api di distrik Air Sugihan sudah berhasil dijinakkan dan saat ini sedang proses penyemprotan sisa kebakaran untuk mengurangi dampak asapnya.
Petugas memusnahkan asap dari lahan yang terbakar dengan menyemprotkan air yang disuplai dari kanal menggunakan pompa.
"Untuk Distrik Air Sugihan ini sudah terkendali, tinggal move up atau memusnahkan asapnya saja supaya tidak ada hotspot lagi. Yang saat ini sedang berkobar di Distrik Bagan Tengah, semua personel difokuskan ke sana," jelasnya.
Menurutnya, untuk mengatasi kebakaran lahan di Bagan Tengah, anggota TNI telah membuat sekat bakar sepanjang dua kilometer dengan lebar 200 meter untuk mengurung kepala api yang saat ini masih berkobar di kawasan tersebut.
Sekat bakar itu dibuat menggunakan traktor PT BAP untuk memberikan jarak antara lokasi yang sudah terbakar dengan lokasi yang masih dilindungi.
"Lebarnya harus 200 meter, karena lahan yang terbakar ini sebagian besar merupakan siap panen sehingga pohonnya sudah cukup tinggi ukurannya. Jika tidak cukup lebar maka bisa membuat titik api baru," jelasnya.
Tak hanya mengoptimalkan kanal, sejak empat hari lalu, di lokasi tersebut telah digunakan racun api (flame freeze) yakni sejenis cairan kimia yang digunakan untuk mematikan kepala api.
Kepala Perlindungan Lahan dari Kebakaran PT BAP Tunggul Wajidin mengatakan racun api ini memiliki partikel yang lebih kecil dibandingkan air sehingga dapat dengan cepat "membunuh" oksigen dan mematikan api.