Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menilai teknologi modifikasi cuaca untuk pemadaman lahan yang terbakar itu kurang efektif.
Menurut kepala UPT Hujan Buatan BPPT, F Heru Widodo teknologi modifikasi cuaca (TMC) tidak dapat diterapkan untuk memadamkan api dalam skala besar. Pasalnya, untuk menerapkan hujan buatan dibutuhkan awan. Sedangkan ketika terjadi kebakaran, maka uap ait tidak dapat terkumpul menjadi awan.
"Kalau tidak ada awan maka garam yang memicu terjadinya hujan buatan tidak bisa ditabur," ungkap Heru dalam diskusi pemanfaatan teknologi untuk penanggulangan bencana di Ruang Komisi Utama BPPT, Jakarta, Selasa (20/10/2015).
Untuk itu, saat ini pemerintah bersama lembaga terkait dalam upaya pemadaman lahan digunakan metode water bombing atau bom air. "Untuk saat ini metode water bombing bisa dikatakan lebih tepat," ujarnya.
Heru mengatakan pesawat yang saat ini digunakan untuk water bombing harus lebih efektif dalam operasi pemadaman kebakaran lahan dan hutan. Peningkatan efektivitas tersebut tidak dengan menambah unit pesawat, tetapi dengan menambah volume air yang diangkut.
Heru menjelaskan saat ini upaya penanggulangan kebakaran terus dilakukan di darat dan di udara. "Ancaman kebakaran hutan dan lahan terus meningkat hingga November 2015. Cuaca makin kering dan hujan akan semakin kecil sehingga potensi terbakar akan makin besar," paparnya.
Pola hotspot di Sumatera dan Kalimantan mencapai puncak pada September-Oktober. Untuk itu, upaya pencegahan lebih efektif dibandingkan pemadaman.