Bisnis.com, JAKARTA - Saat ini ada lebih dari enam juta penduduk Indonesia bermigrasi dan menyebar ke berbagai belahan dunia. Mereka bermigrasi untuk beragam keperluan, baik sebagai pelajar, akademisi, tenaga kerja, maupun pengusaha. Pada mereka disematkan sebutan diaspora.
Seluk beluk tentang diaspora dituliskan oleh Imelda Bachtiar dalam buku terbarunya yang diluncurkan pada pertengahan tahun ini, Diaspora Indonesia, Bakti untuk Negeriku. Buku ini merupakan sari-sari yang dikumpulkan dari kongres diaspora yang rutin diadakan sejak 2012 lalu.
Imelda menyatakan potensi diaspora Indonesia cukup tinggi untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Potensi tersebut harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan Tanah Air tempat para diaspora dilahirkan. Namun, kontribusi tersebut tidak mungkin dapat maksimal tanpa andil dari berbagai pihak, kaum diaspora dan pemerintah negara asal. Faktor karakter personal diaspora tak akan banyak bermanfaat bagi negara asal tanpa ada dukungan dari pemerintah negara asal.
Hal itulah yang kerap menjadi bahasan utama dalam kongres dan dituangkan oleh Imelda, tak lain supaya Indonesia dapat lebih memanfaatkan keberadaan para diaspora. Isu lain yang sering menjadi pembahasan dalam kongres dan dikupas oleh Imelda adalah perjuangan untuk mendapatkan dwikewarganegaraan.
Dwikewarganegaraan merupakan isu panas dan sangat diinginkan para diaspora yang tinggal lama di suatu negara, khususnya sebagai profesionalis. Bagi mereka, dwikewarganegaraan bukanlah keegoisan melainkan rasa nasionalis yang tinggi untuk mengabdi pada Tanah Air walaupun berada di negara lain.
Buku ini menjadi media pengeras suara untuk menggugah masyarakat Indonesia agar mendukung upaya meloloskan asas dwikewarganegaraan bagi diaspora. Memperjuangkan dwikewarganegaraan merupakan perjuangan panjang yang dimulai sejak ikrar pada November 2011, ditandai dengan pengumpulan tanda tangan petisi oleh para diaspora di Amerika Serikat. Sistem dwikewarganegaraan dinilai dapat mendatangkan keuntungan ekonomi sekaligus kebudayaan bagi Indonesia. Dengan sistem dwikewarganegaraan, ada peluang penambahan pemasukan negara melalui devisa.
Dengan sistem dwikewarganegaraan pula, para diaspora tetap dapat mempertahankan hubungan emosional dan budaya yang kuat dengan Tanah Air. Tidak semua diaspora secara sukarela meninggalkan Indonesia.
Banyak hal memengaruhi kepergian mereka dari tanah kelahiran. Kebanyakan lantaran kurangnya kesempatan dan sempitnya lowongan pekerjaan di dalam negeri, yang sesuai dengan bidang para diaspora. Buku ini juga menjadi sebuah studi kelanjutan dan pengembangan dari diskusi-diskusi mengenai dwike warga negaraan.
Di dalam buku ini, konsep dwikewarganegaraan dikaji secara metodologis dari beberapa sudut tinjauan seperti ekonomi, sosial-politik dan hukum. Selain tentang kontribusi para diaspora serta isu dwikewarga ne ga raan, berbagai tulisan human interest tentang gerakan diaspora Indonesia dikupas di dalam buku setebal 216 halaman.
Buku yang turut digarap oleh lebih dari 18 perwakilan diaspora dari berba gai negara ini diharapkan dapat me ningkatkan khazanah mengenai diaspora Indonesia di luar negeri. Buku ini juga diharapkan mampu menjadi pijakan pengambilan kebi jakan untuk memaksimalkan peran diaspora bagi kemajuan bangsa dan negara melalui terobosan-tero bosan baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
