MANADO--Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) di Sulawesi Utara telah merealisasikan pembangunan rumah murah sebanyak 1.300 unit dari target tahun ini yakni 3.900 unit.
Pembangunan rumah murah tersebut merupakan bagian dari komitmen REI Sulut untuk mewujudkan Program Sejuta Rumah pada tahun ini. Mayoritas pembangunan rumah murah itu terletak di luar Manado, antara lain Minahasa Utara dan wilayah yang berbatasan dengan Minahasa Induk.
“Target tahun ini tumbuh dari 2014 sebanyak 2.800 unit rumah murah. Saya rasa, dengan menurunnya daya beli saat ini, appetite pasar kembali ke rumah bersubsidi,” kata Ketua DPD REI Sulut William Tanos kepada Bisnis, Kamis (13/8/2015).
Menurutnya, tren pelemahan pasar properti secara nasional mulai menjalar ke wilayah Sulut pada 2013. Sejak saat ini, dirinya mengungkapkan pertumbuhan terus melambat.
Khusus kawasan Manado, pertumbuhan pasar properti lebih bertumpu pada segmen ritel, terutama landed house. Sebaliknya, segmen korporasi, ucapnya, perlahan semakin menurun.
Pasalnya, beberapa proyek besar di Manado tergantung ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan pengembang nasional yang berada di Jakarta. “Untuk saat ini, proyek-proyek baru belum ada, kebanyakan ya yang existing saja seperti Grup Lippo,” tambahnya.
Jika dilihat berdasarkan segmen kelas ekonomi, William menjelaskan pasar properti di segmen bawah mulai menunjukkan eksistensinya karena segmen lainnya yakni menengah dan mewah diakuinya masih stagnan.
“Penyerapan anggaran Pemerintah Provinsi Sulut yang rendah, harga komoditas unggulan Sulut yakni cengkeh dan kopra yang meluncur turun memangkas daya beli masyarakat,” katanya.
Sebelumnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Area Manado mengeluhkan outstanding Kredit Pemilikan Rumah (KPR) mengalami penurunan per Juni 2015. Salah satu faktor yang diklaim menjadi penyebabnya adalah aturan Bank Indonesia yang melarang penjualan rumah inden.
“Ini sedang kami evaluasi. Dari sekitar 56 developer, kan tidak semua menjual rumah inden sedangkan pengembang [developer] yang tidak memiliki persediaan rumah maka terpaksa dievaluasi,” kata Assistant Vice President Bank Mandiri Area Manado Iip Suitman.
Selain itu, dirinya mengatakan tingkat kredit bermasalah di segmen KPR cukup tinggi, tak jauh berbeda dengan sektor pertanian.