Bisnis.com,SURABAYA--Kamar dagang Indonesia di Jawa Timur memprediksikan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur mencapai 6% di penghujung 2015. Pertumbuhan tersebut diproyeksikan bakal disokong oleh pertumbuhan ekonomi di berbagai titik di Jawa Timur, seperti Surabaya, Malang, Jember, Ponorogo, Kediri hingga Lamongan.
Ketua Kadin Surabaya Jamhadi mengatakan pihaknya bersama dengan seluruh Kadin di Jawa Timur optimistis ekonomi Jatim menjulang hingga 6%. Proyeksi ini diklaim sangat beralasan apabila merujuk pada data Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik Jawa Timur menyebutkan, ekonomi Jawa Timur pada kuartal II/2015 tumbuh 5,25%. Kendati melambat ketimbang pertumbuhan di kuartal yang sama tahun lalu 5,60%, presentase tersebut masih di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 4,67%.
Trenya [pertumbuhan ekonomi] di kuartal II/2015 memang melambat. Tetapi kami yakin ekonomi Jawa Timur terakselerasi maksimal 6% di penghujung tahun, katanya saat dihubungi Bisnis, Minggu (9/8).
Jamhadi menjelaskan melambatnya ekonomi Jawa Timur hanya sementara karena lebih kepada faktor eksternal. Pasalnya, pada periode yang sama di tahun-tahun lalu ekonomi Jawa Timur sudah bisa tembus 5,5% hingga 6%.
Ini artinya memang karena pengaruh melemahnya ekonomi global yang berimbas ke turunnya daya beli masyarakat luar negeri. Ditambah dengan pelaku usaha luar dan dalam negeri yang menahan ekspansi,terangnya.
Dia menjelaskan, pada kuartal kedua tahun ini terdapat penurunan ekspor Malaysia ke Jawa Timur sebesar 15%, khususnya di sektor bahan makanan halal.
Perusahaan asal Malaysia sudah minat untuk investasi di sektor tertentu, tapi gimana lagi nilai Ringgit mereka sedang jatuh hingga RM3,9 per dolar Amerika. Kontrak mereka ke Jatim dibatalkan, ujarnya.
Kendati demikian, dia mengklaim ekonomi Jawa Timur mampu bangkit di kuatal ketiga dan keempat tahun ini. Menurutnya, ada beberapa hal yang harus menjadi koresi pemerintah daerah.
Perihal di daerah, lanjutnya, sektor yang harus digenjot untuk menggalakan ekonomi yaitu logistik dan bahan konsumsi rumah tangga.
Kedua sektor tersebut merupakan sektor yang menyumbang angka inflasi di setiap kuartalnya. Oleh karena itu biaya logistik harus dibuat seminim mungkin.
Di samping itu, harga barang konsumsi di pasar harus dikontrol dengan mekanisme digital. Harga barang konsumsi di pasar harus disamakan dengan skema digital jadi tidak bisa yang seenaknya menaikkan harga, inflasi bisa dicegah, tuturnya.
Jamhadi menambahkan, beroperasinga tol Surabaya-Mojokerto (Sumo) dan Mojokerto-Krian pada 2016 turut berperan pada kenaikan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur di akhir tahun