Bisnis.com,PALEMBANG – Ekspor komoditas nonmigas andalan Sumatra Selatan mulai terlihat menunjukkan penurunan akibat kondisi perekonomian global terutama untuk negara yang menjadi pasar utama ekspor provinsi itu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, penurunan nilai ekspor terjadi pada komoditas batubara dan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) pada Juni 2015 dibanding bulan sebelumnya.
Kepala BPS Sumsel Bachdi Ruswana mengatakan penurunan nilai ekspor untuk kedua komoditas itu sebetulnya masih kecil berkisar 2,5% -- 3%.
“Ekspor batubara turun tipis sebanyak 3,06% sementara ekspor CPO turun 2,60%. Komoditas lain yang juga menurun adalah udang dan teh,” ujarnya, Senin (3/8/2015).
Dia melanjutkan penurunan ekspor batubara tidak terlepas dari penurunan permintaan dari pasar utama batubara, yaitu Tiongkok yang sedang mengalami perlambatan ekonomi.
Hal tersebut terlihat dari penurunan nilai ekspor Sumsel ke Tiongkok sebesar 5,13% dari US$23,03 juta pada Mei 2015 menjadi US$17,90 juta.
Tak hanya Tiongkok, penurunan nilai ekspor juga terjadi di pasar Negara Asean, yaitu Malaysia sebesar 5,99%. Padahal, kedua negara itu merupakan tujuan utama ekspor Sumsel.
Dia mengatakan Sumsel masih sangat bergantung pada karet untuk kegiatan ekspor nonmigas. Sampai saat ini, nilai ekspor karet masih mendominasi dan menempati posisi teratas dibanding komoditas lain.
Menurut Bachdi, berbeda dengan pasar batubara dan CPO yang sedang lesu, permintaan terhadap karet dari negara tujuan lebih banyak sehingga membuat nilai ekspor komoditas itu melejit sebanyak 22,87%.
Dia mengatakan saat ini nilai ekspor karet tercatat US$139,15 juta pada Juni 2015 meningkat dari bulan sebelumnya senilai US$116,28 juta.
“Sumsel masih sangat bergantung pada karet di mana komoditas itu berperan sebanyak 64,69% terhadap total ekspor nonmigas,” katanya.
Oleh karena itu, meski terjadi penurunan ekspor batubara dan CPO, BPS menghitung masih terjadi peningkatan nilai total ekspor nonmigas pada periode Juni 2015.
“Ekspor nonmigas naik sebanyak 12,46% dari US$169,33 juta menjadi US$190,44 juta pada Juni 2015,”ujarnya.
Secara keseluruhan, nilai ekspor Sumsel memang masih menunjukkan peningkatan menjadi US$218,65 juta atau naik 13,28% dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$193,02 juta.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo mengatakan daerah di Sumatra, khususnya Sumsel, harus sudah tidak lagi bergantung pada ekspor sumber daya alam mentah.
“Sekarang 50% ekspor Indonesia adalah bahan mentah, termasuk di Sumatra yang bergantung pada komoditas mentah, tentu ekspornya sangat mudah terpengaruh,” ujarnya di Palembang beberapa waktu lalu.
Agus juga mengimbau agar daerah yang selama ini mengandalkan ekspor batubara mentah agar memantau kondisi perekonomian Tiongkok yang saat ini masih cenderung menurun.