Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Budaya China Jadi Ikon Tangerang

Pada zaman dahulu, ada seorang pejabat di China bernama Qu Yuan yang begitu setia kepada bangsanya, Negara Chu. Dia menginginkan Negara Chu bersatu dengan Negara Qi guna memerangi Negara Qin.nn
Peh Cun. /Bisnis.com
Peh Cun. /Bisnis.com

Bisnis.com, TANGERANG - Melestarikan aktivitas kebudayaan dari negara lain di negeri sendiri bukan berarti raca cinta Tanah Air meluntur.

Hal itu merujuk kepada Perayaan Peh Cun yang dilakukan warga peranakan Tionghoa Tangerang setiap tahun. Sebutan asli festival kebudayaan asal China ini adalah Duanwu Jie.

Namun warga China di Tanah Air lebih familiar dengan istilah Peh Cun yang artinya mendayung perahu. Lomba perahu naga jadi salah satu ikon selain mendirikan telur dan makan bacang.

Oey Tjin Eng, generasi kedelapan peranakan China, Tangerang, menjelaskan meskipun Peh Cun bukan budaya asli Indonesia tetapi justru kegiatan ini secara tak langsung menunjukkan kecintaan terhadap RI.

Pada zaman dahulu, ada seorang pejabat di China bernama Qu Yuan yang begitu setia kepada bangsanya, Negara Chu. Dia menginginkan Negara Chu bersatu dengan Negara Qi guna memerangi Negara Qin.

Intrik politik di lingkungan kerajaan akhirnya membuat Qu Yuan terusir dari istana. Selain merasa sedih, dia sangat mengkhawatirkan masa depan negaranya. Lantas dia melompat ke Sungai Miluo pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan imlek.

“Dia ingin jadi martir, dia berharap rakyatnya tergerak semangatnya. Ini kisah tentang seseorang yang mencintai negaranya. Bagi kami yang kami cintai ya Indonesia,” ucap Tjin Eng kepada Bisnis, di Tangerang, belum lama ini.

Lantas dari mana asal-usul makan bacang massal? Tentu dari rangkaian cerita kematian menteri Qu Yuan tersebut. Rakyat yang bersedih tak menginginkan binatang sungai mengganggu jenazahnya.

Selain ramai-ramai menggunakan perahu mencari jenazah sang menteri, masyarakat juga melempari makanan ke sungai. Supaya makanan ini tidak pula diganggu oleh naga sungai maka dibungkus pakai daun dan sekarang menjelma dalam wujud bacang dan lomba perahu naga.

Sekitar sembilan hari silam komunitas peranakan Tionghoa Tangerang kembali merayaka Peh Cun tepat pada 20 – 21 Juni 2015. Aktivitas pada hari pertama dimulai tepat pada tengah malam berupa ritual air berkah alias memandikan perahu di pinggiran Sungai Cisadane di Jalan Kali Pasir.

Pada pukul 11.00 WIB masyarakat Tionghoa melakukan Sembahyang Twan Yang. Ini dilanjutkan dengan lomba tangkap bebek dan salah satu yang paling unik adalah mendirikan telur. Semua telur yang diletakan di tanah terbukti bisa berdiri tanpa penyangga tepat pukul 12.00 WIB. “Itu memang bisa berdiri, coba saja, ini ada penjelasannya secara ilmiah,” ujar Tjin Eng.

Seiring waktu Peh Cun menjelma menjadi salah satu ikon kultural di Kota Tangerang. Bagaimanapun sejarah kota ini memang tak terpisahkan dari warga peranakan karena mereka turut merintis awal tumbuh kembang si kota benteng ini. Oleh karena itu mereka disebut China Benten.

Setiap kali menyambut Peh Cun, kawasan Pecinan di sekitar Pasar Lama dan Cisadane, Kota Tangerang mendadak penuh warna. Lampion aneka warna menghias langit gang. Permukaan Sungai Cisadane penuh riak teraduk dayung-dayung dari perahu naga. "Dari jaman dahulu Peh Cun ini sudah ada di sini, ini menjadi ikon Kota Tangerang," kata Tjin Eng.

Perayaan Peh Cun bukan cuma diramaikan masyarakat peranakan Tionghoa melainkan pula warga pribumi. Pemerintah kota sendir setiap tahun pasti menyempatkan diri menghadiri kegiatan ini, khususnya wali kota.

Wali Kota Tangerang Arief R. Wismansyah berpendapat Peh Cun 2015 yang berlangsung pada Ramadan menunjukkan masyarakat Kota Tangerang bisa menjalin harmonisasi di tengah perbedaan etnis dan kepercayaan.  "Perbedaan jangan dijadikan penghalang untuk kita memberikan sumbangsih terhadap kota ini," tuturnya.

Perayaan Peh Cun di Sungai Cisadane, Tangerang diperkirakan mulai berlangsung sejak 1910. Sebelumnya dirayakan di sungai-sungai di Jakarta tetapi karena pendangkalan maka pindah ke Tangerang.

Pelaksanaan Peh Cun di Tangerang dimotori Perkumpulan Boen Tek Bio. Kegiatan tahunan ini sempat terhenti sejak 1964 dan baru ada lagi sejak 2000. []

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper