Bisnis.com, TANGERANG—Siapa bilang panganan laksa cuma nikmat dimakan pakai bihun atau mungkin lontong?
Anda penggemar kuliner bersantan? Cobalah main ke Jalan Moh. Yamin, Kota Tangerang. Ada bangunan semi permanan berbahan bambu dengan atap rumbia dihuni delapan penjual laksa berbeda, tepat di tikungan ke arah Moh Yamin dari Jalan Jenderal Sudirman.
Tempat itu dinamai Pusat Kuliner Laksa Tangerang. Ya, laksa yang satu ini beda dengan laksanya orang betawi. Bukan bihun yang dipakai melainkan mi putih terbuat dari beras.
Kuah Laksa Tangerang berwarna lebih gelap dan tampak lebih berminyak. Bumbu yang digunakan terasa lebih padat. Meskipun kuahnya sudah tertelan rasa rempah khasnya tetap tertinggal di mulut.
Selain kacang hijau dan gilingan bumbu lain, di dalam kuahnya ada potongan kentang seukuran dadu. Seluruh topping tambahan untuk kudapan ini sudah tercampur di dalam bakul kuah yang mendidih.
“Bagi saya, kalau sudah jatuh cinta [kepada Laksa Tangerang] pasti balik lagi," tutur Adi, 50, salah satu konsumen. Bisnis bertemu denganya saat sedang menyambangi sentra laksa ini, Kamis (25/6/2015) sore.
Sepiring Laksa Tangerang, imbuh Kholik, dijual Rp7.000 untuk laksa polos alias cuma berisi mi dan kuah. Tambahan topping seperti telur, ayam, dan ati ampela tentu menambah harga. Perinciannya, untuk laksa telur Rp10.000 per porsi, laksa ayam Rp17.000 , dan laksa ati ampela Rp11.000.
Bagi pembeli yang menginginkan ayam dan telur tersaji bersama harga laksa jadi Rp20.000 sepiring. Apabila ayam ditambahkan ati ampela hasilnya lebih mahal Rp21.000. Harga berlaku rata untuk semua penjual laksa di pusat kuliner tersebut.