Kabar24.com, JAKARTA--Berbeda dengan regional lain, Asean belum menunjukkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan ditandai dengan industrialisasi dan produksi komoditas berkadar emisi karbon tinggi.
Penasehat Ekonomi Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) dan Direktur Centre for Economics and Business Research Ltd (Cebr) Scott Corfe aktivitas manufaktur menghasilkan emisi tiga kali lipat lebih besar dibandingkan dengan produksi jasa.
"Asean saat ini sudah menuju manufaktur yang lebih bersih tetapi masih ada ketergantungan terhadap ekspor komoditas untuk tumbuh," katanya, dalam keterangan resmi, Rabu (3/6).
Sejauh ini, hanya Singapura yang menunjukkan kemajuan signifikan untuk bergerak ke arah perekonomian yang lebih berkelanjutan. Negara Singa itu kini telah menggeser pusat pertumbuhannya dari manufaktur ke sektor jasa yang lebih ramah lingkungan dan minim emisi.
Namun, negara lain di kawasan tampaknya belum bisa mengikuti jejak Singapura. Dalam laporannya, ICAEW menunjukkan produksi produk mineral nonmetal serta minyak dan batubara berada pada dua urutas teratas penghasil karbon dioksida terbesar.
Data dari Administrasi Ekonomi dan Statistik Amerika Serikat menunjukkan setiap produksi senilai US$1 miliar mineral nonmetal menghasilkan 1.600 metrik ton CO2. Sementara produksi minyak dan batubara dalam kapasitas yang sama menghasilkan emisi 1.200 MT CO2.
Indonesia dan Vietnam bahkan tercatat sebagai produsen batubara kelima dan ke-9 terbesar di dunia.
Adapun, kegiatan manufaktur secara rata-rata menghasilkan sekira 500 MT CO2 dalam tiap produksi senilai US$1 miliar.
Kendati kadar emisi masih relatif tinggi, ICAEW memandang sejumlah negara kini berkonsentrasi pada manufaktur di sektor semikonduktor dan produk elektronik lain.
Thailand misalnya, Negara Gajah Putih itu tengah berupaya membangun negerinya sebagai pusat otomotif regional.
Jika sebagian besar negara Asean memusatkan diri pada sektor itu, emisi yang dihasilkan oleh kegiatan manufaktur yang masif bisa ditekan. Pasalnya, emisi aktivitas produksi mesin, alat transportasi, dan produk elektronik sangat minim dan mendekati nol.
ICAEW secara khusus membahas Indonesia dan menaruh perhatian pada imbas deforestasi besar-besaran. Nusantara tercatat sebagai penyumbang emisi karbon ke-9 terbesar di dunia.
Pemicu utamanya bukanlah manufaktur, melainkan penggunaan lahan yang mencapai 85% dari total emisi. Sekitar 37% dari jumlah itu disebabkan oleh deforestasi.