Bisnis.com, JAKARTA – Bagi Inspektur Dua (Pol) Herwansi Tambunan, 36, memimpin shalat atau memberi ceramah agama di lingkungan kepolisian adalah biasa. Sehari-hari, pria berdarah Batak ini memang bertugas di Tim Pembinaan Mental (Bintal) Polda Metro Jaya.
Namun, pada Jumat (1/5/2015), dia mendapat tugas tidak biasa. Bertepatan dengan Hari Buruh, Tambunan diperintahkan menjadi Imam Shalat Jumat di Lapangan Monumen Nasional, persisnya di depan Istana Merdeka, Jakarta.
Bagaimana tidak biasa, jamaahnya kali ini adalah ribuan buruh yang berdemo pada Hari May Day. Mereka berbaur dengan a.l. Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti, Kapolda Metro Jaya Irjen (Pol) Unggung Cahyono, pejabat Mabes Polri dan polda dari seluruh Indonesia.
“Saya sering jadi imam shalat. Tapi kalau jamaah sebanyak ini ya baru kali ini. Bahkan ada Kapolri di shaf belakang karena datang terlambat. Alhamdulillah!” katanya sembari tersenyum.
Untuk tugas tidak biasa itu, Tambunan mengaku mendapat perintah langsung dari Unggung Cahyono. Sang Kapolda, kata dia, ingin agar shalat Jumat membuat hubungan pendemo dan polisi cair.
Polda Metro Jaya memang paling repot menjaga kawasan Ibu Kota. Hari ini ada sekitar 100.000 buruh dari berbagai daerah bergerak ke Istana. Mereka berjalan kaki dari Bundaran Hotel Indonesia.
Berdasarkan pantauan Bisnis.com, massa buruh terakhir bahkan baru tiba di Jalan Medan Merdeka Barat pada pukul 12.10 WIB. Padahal mereka sudah bergerak sejak pukul 09.00 WIB. Alhasil, sebagian mereka tidak sempat ikut shalat Jumat.
Seperti biasa, Polri tidak ingin mengambil risiko. Hampir 15.000 anggota polisi dikerahkan untuk mengamankan aksi para buruh yang berpotensi tidak terkendali.
Apalagi, sosok yang ingin ditemui, Presiden Joko Widodo, lebih memilih pulang ke Solo ketimbang meladeni mereka. “Ayo kita serbu Istana yang congkak itu!” kata salah satu orator aksi.
Namun, ketika akhirnya panggilan azan datang, suasana hati panas itu redam seketika. Itu pula yang diharapkan Tambunan. Tidak pandang jabatan dan pangkat, semua bersimpuh ke hadirat Ilahi.
“Walaupun shalat dengan keadaan yang alakadar,” katanya dengan logat Batak yang kental.
Keinginan serupa juga keluar dari mulut Arma, 43, dari Ikatan Serikat Buruh Indonesia (ISBI). Dia berharap ketentraman selama shalat Jumat terbawa sepanjang hari itu. “Polisi dan buruh dijauhkan dari hal-hal negatif,” ucapnya.
Tambunan bahkan berharap efek dari momen spesial di Hari Buruh ini terus berlanjut di kemudian hari. Buruh, kata dia, dibolehkan untuk menyuarakan aspirasi secara tertib. Dengan demikian, polisi tidak perlu mengambil tindakan keras yang merugikan kedua belah pihak.
“Kita kan sama-sama melakukan tugas. Mereka melakukan unjuk rasa, kami mengamankan,” kata pria yang besar di Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara, ini.
Setidaknya, hingga tulisan ini dibuat, doa dan harapan Tambunan telah terwujud!