Bisnis.com, SEMARANG—Pengusaha properti Jawa Tengah optimistis penjualan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah bakal terdongkrak pada kuartal II/2015 seiring dengan keputusan perbankan menurunkan suku bunga dari 7,25% menjadi 5%.
Ketua Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah MR Priyanto mengatakan program pemerintah membantu pembangunan sejuta rumah sederhana melalui skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahaan (FLPP) memacu para investor properti untuk menggenjot pembangunan rumah.
Priyanto juga berharap target REI Jateng membangun 10.000 rumah tapak bagi MBR bisa terealisasi hingga akhir tahun ini. Oleh karena itu, pihaknya menginginkan pemerintah daerah dapat mempercepat proses perizinan pembangunan rumah tersebut.
“Kami dapat informasi hari ini [kemarin] bahwa dari pihak BTN positif menurunkan suku bunga rumah subsidi menjadi 5%. Ini kabar baik untuk penjualan pada kuartal II,” ujar Priyanto kepada Bisnis, Senin (27/4).
Dia mengakui penjualan rumah bersubsidi sempat anjlok pada tiga bulan pertama karena lambannya keputusan dari pemerintah mendukung pendanaan untuk pengadaan rumah bagi MBR ini. Menurutnya, baik pengembang maupun pembeli menunggu kepastian regulasi dari pemerintah.
Program sejuta rumah, paparnya, tidak hanya dilakukan oleh para pengembang swasta, melainkan juga didukung dari instansi terkait baik Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Kementerian Pekerja Umum dan Perumahan Rakyat serta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.
“Kami bersinergi antara kementerian dan lembaga terkait,” katanya.
Priyanto mengatakan pemerintah daerah diharapkan tidak mempersulit proses perizinan. Dalam hal ini, imbuhnya, Kementerian Dalam Negeri telah menyurati kepada seluruh kepala daerah untuk mempercepat perizinan, misalnya perizinan yang semula keluar dua bulan bisa dipercepat menjadi tiga pekan.
“Hal-hal teknis seperti itu perlu mendapat perhatian serius,” paparnya.
Andi Kurniawan, Wakil Ketua REI Jateng bidang Rumah Sederhana, mengatakan secara keseluruhan penjualan rumah di awal tahun turun lantaran kondisi makro ekonomi di Indonesia. Kendati demikian, dia yakin penjualan bakal bergairah setelah tahun ajaran baru selesai.
Dia mengatakan masyarakat secara keseluruhan bakal mementingkan biaya sekolah daripada membeli rumah baru. Terkecuali, ujarnya, bagi pasangan muda yang belum memiliki rumah sendiri diperkirakan akan membeli rumah.
“Yang terdampak penjualan justru segmen rumah menengah ke bawah. Mereka menunda pembeli sembari menunggu perekonomian negara membaik,” ujarnya.
Data REI hingga saat ini menyebutkan realisasi pembangunan rumah tapak skema FLPP sebanyak 3.000 unit. Adapun angka kekurangan rumah (backlog) di Jateng hingga saat ini menembus 1,4 juta.