Kabar24.com, JAKARTA, -- Dalam kehidupan sehari-hari, Anda mungkin pernah meminjam sisir sahabat, atau berbagi minuman dan pakaian, atau bahkan alat rias wajah. Namun, mulai sekarang berhati-hatilah, sebab seorang perempuan bernama Jo Gilchrist di Australia lumpuh total setelah positif terserang infeksi Staph yang menyerang tulang belakang setelah dia meminjam kuas make up temannya.
Ibu dari anak berusia dua tahun itu meyakini bakteri staphylococcus menyerang sistem kekebalan tubuhnya melalui jerawat yang muncul setelah memakai alat make up pinjaman tersebut. Sebenarnya, bakteri ini memang ada pada kulit orang-orang yang sehat sekalipun. Namun, hanya sekitar dua persen masyarakat yang membawa versi bakteri yang resisten terhadap antibiotik.
Kemungkinannya, sebelumnya sahabat Gilchrist pernah terserang infeksi serupa pada wajahnya, yang kemudian menular melalui alat make up yang dipinjam. Sayangnya, sistem kekebalan tubuh Gilchrist tak mampu melawan bakteri yang bernama Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) tersebut.
“Satu-satunya media penularan yang mungkin adalah kuas make up yang saya pinjam,” ujar Gilchrist seperti dikutip dari The Daily Mail Australia, Jumat (17/04)
“Teman saya memang pernah terserang infeksi staph pada wajahnya dan saya pernah meminjam kuas make upnya sebelumnya. Saya tidak pernah mengira ini bisa terjadi, karena saya biasa meminjam barang-barang teman,” tambahnya.
Awalnya, perempuan berusia 27 tahun itu merasakan rasa sakit terus menerus yang berubah dengan cepat menjadi sakit punggung dan seluruh badan, yang menurutnya lebih menyakitkan ketimbang proses melahirkan.
“Saya benar-benar berpikir akan meninggal saat itu,” ujarnya. Segera setelah itu, kedua kakinya menjadi kaku dan barulah dia menyadari ada yang salah pada dirinya.
Setelah memeriksakan diri ke rumah sakit, dokter mulai mencari penyebab infeksi kelumpuhannya. Para dokter juga melakukan operasi darurat, sebab bagaimanapun, infeksi staph tersebut telah menyerang tulang belakangnya dan menyebabkan dia tidak bisa berjalan, dan mengontrol sistem ekskresinya, baik itu buang air kecil maupun besar.
Meski demikian, Gilchrist berusaha untuk tetap positif memandang hidupnya dan dia percaya bahwa dengan sikap yang pantang menyerah, dia akan bisa berjalan lagi suatu hari nanti. Kini dia rutin melakukan terapi dan pengobatan yang intensif, dan dengan bantuan tenaga medis, dia sudah mampu menggerakkan kakinya dan berdiri secara perlahan.
“Saya akan berjuang melawan ini dengan semua kekuatan yang saya punya. Saya akan belajar berjalan lagi,” ujarnya.