Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ISIS VS HMI: Begini Cara HMI Tangkal Faham Radikal ISIS

HMI Pamekasan, Madura, Jawa Timur, berupaya menangkal paham ISIS melalui pendalaman materi Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) yang menjadi materi pokok kajian ke-Islam-an organisasi itu.
Milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)/dw.de
Milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS)/dw.de

Bisnis, PAMEKASAN --Perang terhadap penyebaran faham radikal yang dikembangkan ISIS dilakukan banyak pihak, termasuk oleh Himpunan Mahasiswa Islam.

HMI Pamekasan, Madura, Jawa Timur, berupaya menangkal paham ISIS melalui pendalaman materi Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) yang menjadi materi pokok kajian ke-Islam-an organisasi itu.

"Sejak adanya gerakan ISIS, apalagi ada warga Indonesia yang terbukti telah bergabung dengan gerakan radikal itu, kami sengaja menambahkan jam materi kajian NDP pada setiap latihan kader (LK) dari sebelumnya hanya empat jam menjadi 10 jam," kata Ketua Umum HMI Cabang Pamekasan Moh Khofifi di sela-sela LK I di lembaga pendidikan Islam Al-Ikhlas, Desa Klampar, Kecamatan Proppo, Pamekasan, Sabtu (21/3) malam.

Ia menjelaskan, penambahan jam materi NDP itu dimaksudkan agar pemahaman anggota HMI tentang Islam lebih mendasar, utuh, dan tidak parsial. Sehingga substansi pesan Islam, sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam, mampu dipahami, diresapi dan diaplikasikan dalam kehidupan sosial bermasyarakat.

"Karena kan sebenarnya Islam ini merupakan agama cinta damai, menolak terhadap kekerasan, menghormati kebebasan berfikir, serta menghargai perbedaan pemahaman," katanya.

Kekerasan, apapun bentuknya, kendati atas nama agama, merupakan perbuatan terlarang, dan Islam tidak mengajarkan praktik kekerasan, bahkan Islam sangat menganjurkan untuk bersikap sopan, dan mengedepankan dialog apabila terjadi perbedaan pendapat.

NDP merupakan panduan kajian ke-Islam-an yang menjadi materi wajib di berbagai kegiatan pelatikan di organisasi itu, mulai dari LK I, LK II hingga LK III.

Materi kajian ke-Islam-an organisasi ini dirumuskan pada Kongres ke-9 HMI di Malang tahun 1996 dengan memberikan mandat pada tiga orang sebagai tim perumus, yakni Endang Syaifuddin Ansori (almarhum), Nurcholis Madjid (almarhum) dan Sakib Mahmud.

Pada Kongres ke-10 di Palembang tahun 1971 konsep dasar Islam ini dikukuhkan dengan nama "Nilai-Nilai Dasar Perjuangan" yang disingkat dengan NDP tanpa perubahan isi sama sekali.

Pada kongres ini, NDP secara resmi dijadikan sebagai pedoman perjuangan HMI, sebagai pemahaman Islam mazhab HMI yang memuat tujuh tema pokok, yakni (1) Dasar-dasar Kepercayaan, (2) Pengertian Dasar tentang Kemanusiaan, (3) Keharusan Universal (takdir) dan Kebebasan Individu (ikhtiar), (4) Ketuhanan yang Maha Esa dan Kemanusiaan, (5) Individu dan Masyarakat, (6) Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi, (7) Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan, serta (8) Penutup.

Dalam perkembangannya, nama NDP berubah menjadi Nilai Identitas Kader (NIK), seiring dengan perubahan asas organisasi dari Islam menjadi Pancasila, sebagai konsekuensi dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Asas Tunggal Pancasila.

Namun perubahan nama kajian ke-Islam-an HMI ini, tidak mengubah isi, dan pada tahun 1998 nama NIK kembali ke nama semula, yakni NDP, seiring dengan kembalinya asas organisasi itu dari Pancasila ke asas Islam, saat gerakan reformasi bergulir di negeri ini.

Instruktur NDP HMI Pamekasan Sulaisi Abdurrazaq menjelaskan, substansi kajian ke-Islam-an sebagaimana tertuang dalam NDP itu sebenarnya menginginkan agar kader-kadernya memiliki pemahaman ke-Islam-an yang toleran, menghargai perbedaan pendapat dalam menafsirkan pemahaman keagamaan melalui pendekatan "teologis-filosifis" dengan menekankan kepada pemahaman bahwa kebenaran yang dimiliki manusia nisbi, karena kebenaran sejati hanya milik Allah.

"Makanya dalam setiap penyampaian materi, yang kita tekankan pada kenisbian kebenaran manusia itu, dan agama adalah kepercayaan, serta sebagai alat untuk mendekati kebenaran mutlak, yakni Allah itu sendiri," katanya.

Mantan Ketua Umum HMI Cabang Pamekasan ini lebih lanjut menjelaskan, terciptanya paham-paham radikal yang berkembang di dunia selama ini, salah satu penyebabnya, karena berupaya menyuguhkan tafsir pemahaman keagamaan, dengan mengatasnamakan agama.

"Padahal antara agama dengan tafsir pemahaman agama sangat berbeda," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis :
Editor : Saeno
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper