Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Perdagangan Surplus US$1,052 M, Pelaku Industri di Jabar Tetap Sulit

Neraca perdagangan Jawa Barat masih menunjukkan kondisi surplus sekitar US$1,052 miliar memasuki masa-masa pelemahan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat jelang akhir triwulan I/2015 ini.
Neraca perdagangan Jawa Barat masih menunjukkan kondisi surplus sekitar US$1,052 miliar./JIBI
Neraca perdagangan Jawa Barat masih menunjukkan kondisi surplus sekitar US$1,052 miliar./JIBI

Bisnis.com, BANDUNG — Neraca perdagangan Jawa Barat masih menunjukkan kondisi surplus sekitar US$1,052 miliar memasuki masa-masa pelemahan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat jelang akhir triwulan I/2015 ini.

Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Jawa Barat mencapai US$2,05 miliar pada Februari 2015, sedangkan nilai impor di Jabar pada bulan yang sama tercatat US$997,12 juta.

Walau demikian, BPS Jabar mencatat nilai ekspor Jabar pada Februari 2015 mengalami penurunan 2,88% dibandingkan dengan Januari 2015. Pada Februari 2015, nilai ekspor Jabar mencapai US$2,05 miliar, sementara Januari 2015 mencapai US$2,11 miliar.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat Agung Suryamal Sutrisno mengatakan neraca perdagangan yang masih surplus tersebut tetap harus ditanggapi positif, apalagi nilai ekspor mengalami penurunan.

“Kondisi surplus ini tidak berpengaruh terhadap pelemahan rupiah. Apalagi untuk pelaku usaha, khususnya di bidang industri, role material masih lebih banyak impor,” katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (16/3/2015).

Dia menuturkan pelaku usaha sektor industri di Jabar yang notabene memiliki kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi Jabar merasakan beban yang semakin berat dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.

“Bahan baku sebagian besar adalah impor. Dengan kondisi dolar naik, apalagi berkaitan dengan beberapa bahan naik dan listrik naik, hal itu menjadi beban dan hambatan,” ujarnya.

Agung melanjutkan seluruh pihak harus berkonsentrasi untuk terus meningkatkan ekspor agar dapat membantu pertumbuhan ekonomi serta menjaga neraca perdagangan tetap positif, di samping menjaga kepercayaan pasar.

“Pemerintah harus melakukan langkah strategis agar rupiah terkendalikan, bukan hanya karena ekonomi semata, tetapi tingkat kepercayaan dunia luar terhadap kondisi dalam negeri,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Abdalah Gifar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper