Kabar24.com, JAKARTA--Sidik jari seseorang sepertinya tidak lagi alat pengaman yang aman dari pembobolan, karena seorang peretas mengklaim berhasil membuat replika sidik jari seorang politisi hanya menggunakan piranti lunak komersial dan foto yang diambil dari konferensi pers.
Seorang anggota jaringan peretas Chaos Computer Club (CCC), Jan Krissler mengatakan ia mereplika sidik jari Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen menggunakan gambar yang diambil dengan "kamera foto biasa" dan mengaku tidak memiliki contoh fisik sidik jari sang menteri. Krissler yang juga dikenal sebagai Starbug berbicara di hadapan pertemuan untuk anggota CCC, sebuah jaringan yang sudah berdiri selama 31 tahun dan diklaim sebagai asosiasi peretas terbesar di Eropa.
Kepada hadirin Krissler mengaku memperoleh foto jarak dekat ibu jari Menteri Von der Leyen dan juga menggunakan sejumlah gambar yang diambil dari berbagai sudut yang berbeda saat ia berbicara dalam sebuah acara konferensi pers Oktober 2014 silam. Krissler menyarankan agar "para politisi mulai mempertimbangkan mengenakan sarung tangan saat berbicara di hadapan publik" setelah mendengarkan paparan penelitiannya.
Sementara itu, sebagian ahli sebetulnya sudah menyuarakan bahwa biometrik sidik jari dianggap kurang aman. Pengenalan sidik jari digunakan sebagai pengamanan pada produk-produk Apple dan Samsung, juga untuk penggunaan suara pemilik hak pilih dalam pemilihan umum presidensial di Brazil tahun ini, meski dianggap tidak sepenuhnya aman, demikian para ahli.
"Biometrik yang bergantung pada informasi statis seperti pengenalan wajah atau sidik jari, meskipun bukan hal yang sepele untuk menciptakan pengelabunya, namun sebagian besar orang telah menyadari bahwa itu bukanlah bentuk pengamanan yang terbaik sebab dapat dipalsukan," kata ahli pengamanan siber Profesor Alan Woodward dari Universitas Surrey.
"Orang-orang mulai mencari hal-hal di mana biometrik itu hidup seperti pengenalan pembuluh darah pada jari, analisa gaya berjalan (gerak), yang juga termasuk biometrik namun yang dipilih haruslah berada dalam penguasaan penuh setiap orang sekaligus memperlihatkannya dalam kehidupan nyata," tambah Alan.
Pada September 2014 lalu, Bank Barclays memperkenalkan perangkat pengenalan pembuluh darah pada jari untuk pelanggan bisnis dan teknik tersebut juga digunakan pada ATM di Jepang dan Polandia.
Produsen elektronik Hitachi merakit perangkat yang membaca pola unik dari pembuluh darah yang berada dalam jari dan hanya bekerja apabila jari itu melekat pada seseorang yang masih hidup, mengingat darah hanya aktif mengalir pada orang yang masih hidup.
Sementara percobaan yang dilakukan pada unit perawatan intensif Rumah Sakit Umum Southampton pada 2013 mengindikasikan pola pembuluh darah tidak terpengaruh oleh perubahan tekanan darah, demikian BBC.