Kabar24.com, JOGJA – Sebanyak 40 alat sistem peringatan dini bencana akan ditempatkan di sejumlah titik yang berpotensi mengalami pergerakan tanah dan berakibat tanah longsor.
Penempatan alat tersebut merupakan salah satu dari lima langkah yang diputuskan dalam rapat bersama tim penanggulangan bencana di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Kamis (18/12) malam.
Kepala BPBD DIY Gatot Saptadi mengatakan sebanyak 20 alat sistem peringatan dini (early warning system) berupa extensometer akan ditempatkan di tiga provinsi dengan potensi longsor terbesar pada Desember 2014.
Extensometer, ujarnya, akan memberikan peringatan dini melalui media suara apabila mulai terjadi pergerakan tanah yang berpotensi bencana. Dengan menempatkan extensometer di sejumlah titik rawan bencana, pihaknya berharap dapat meminimalisir potensi korban jatuh akibat bencana tanah longsor.
“Sebanyak 20 alat akan dipasangkan pada Desember ini. 10 alat di Jawa Barat – itu yang dari Badan Geologi, dan 10 alat lagi di Jateng – itu yang dari UGM,” ujarnya usai menggelar rapat koordinasi bersama tentang sistem peringatan dini bencana.
Kemudian, sebanyak 20 alat lainnya akan mulai dipasang pada Januari 2015. Hanya saja, pihaknya masih belum menentukan tempat yang dinilai pas untuk memasang extensometer tersebut.
“Belum ditentukan [tempat pemasangan 20 extensometer pada Januari 2015]. Yang jelas akan dipasang di daerah-daerah yang dianggap berpotensi bencana,” ujarnya.
Menurut dia, selain Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur juga merupakan salah satu daerah rawan potensi longsor di tengah perkembangan cuaca dan iklim dalam beberapa pekan terakhir.
Tadi malam, tim penanggulangan yang terdiri dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BPBD, BPPT, Badan Geologi, serta akademisi dari Universitas Gajah Mada (UGM), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lapan, serta komunitas ilmu pengetahuan dan teknologi bencana menggelar rapat koordinasi bersama terkait penanggulangan bencana.
Rapat koordinasi tersebut merupakan tindak lanjut rapat Kabinet Kerja tentang bencana longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara untuk melakukan langkah konkrit penanggulangan bencana.
“Ada lima langkah yang disepakati oleh rapat,” katanya.
Lima langkah tersebut yaitu survei rawan longsor, sosialisasi, pembentukan perangkat kerja tim siaga bencana di tingkat desa, pemasangan alat sistem peringatan dini bencana, serta latihan penyelamatan dengan menggunakan alat peringatan dini.
“Memang penting memasang alat peringatan dini. Tetapi setelah itu lebih penting lagi masyarakat belajar bagaimana menggunakan alat tersebut,” katanya.