Bisnis.com, SEMARANG - Otoritas Jasa Keuangan Purwokerto, Jawa Tengah mendata sejumlah lembaga perbankan wilayah Banjarnegara terkait kredit nasabah yang berpotensi hilang hingga miliaran rupiah akibat bencana longsor di wilayah tersebut.
Kepala OJK Purwokerto Farid Faletehan mengatakan bencana alam longsor di Banjarnegara turut berpengaruh pada kinerja lembaga perbankan di wilayah longsor dan sekitarnya. Hingga saat ini, pihak OJK mendata lima lembaga jasa keuangan yang merugi karena nasabah menjadi korban longsor.
“Kami meminta data ke bank terkait dengan dampak bencana di Banjarnegara. Hal ini sebagai proses untuk mengetahui data awal dan dampak kerugian terhadap bank,” papar Farid kepada Bisnis, Selasa (16/12/2014).
Menurutnya, OJK belum bisa mengambil langkah lebih jauh mengenai penanganan kerugian dari lembaga perbankan. Langkah memberikan keringanan kepada nasabah yang terdampak bencana, kata Farid, akan diputuskan setelah berkoordinasi lebih lanjut dengan perbankan terkait.
“Data kerugian belum masuk. Baru sebatas lisan, jadi belum bisa menjadi acuan,” katanya.
Berdasarkan informasi yang diterima Bisnis, kerugian masing-masing lembaga perbankan diperkirakan diangka Rp500 juta hingga Rp1 miliar dengan taksiran minimal kredit mencapai Rp200 juta per nasabah.
Jika satu lembaga perbankan memiliki lima nasabah akan ditemukan angka Rp1 miliar.
Mengenai angka kerugian, Farid belum bisa memberikan data secara rinci. Kendati demikian, pihaknya berjanji melaporkan data kerugian secara detail pada pekan ini.
Data sementara lembaga perbankan yang terkena dampak antara lain bank perkreditan rakyat (BPR), Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan bank pembangunan daerah (BPD).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto Rachmat Hernowo mengakui bencana longsor di wilayah bagian selatan Jawa Tengah ini berpengaruh terhadap aktivitas perekonomian wilayah sekitar.
Indikatornya, kata Rachmat, pengiriman produk holtikultura terhambat ke beberapa daerah yang selama ini disuplai dari Banjarnegara terutama di Pekalongan dan Cilacap.
Disamping itu, kerugian material juga dialami seluruh warga Dusun Jemblung yang rumahnya rusak parah karena tertimbun tanah perbukitan.
Kendati berpengaruh terhadap perekonomian sekitar, menurut Rachmat, masyarakat yang terdampak longsor mendapatkan bantuan logistik berupa sandang dan pangan untuk kebutuhan para korban.
“Banyak orang dari luar daerah datang ke lokasi untuk memberikan bantuan. Dari sisi perekonomian pasti berpengaruh, tapi sisi lain kebutuhan logistik terpenuhi,” paparnya.
Hingga saat ini, pihak BI Purwokerto memprediksi akan terjadi kenaikan inflasi akibat kejadian bencana alam tersebut. Prediksi inflasi karena dipengaruhi kenaikan harga kebutuhan pokok.
Sebelumnya, BI Purwokerto memproyeksikan inflasi pada Desember 2014 sebesar 0,50% month to month (m-t-m).
Perkiraan angka inflasi ini dengan mempertimbangkan kecenderungan kenaikan harga pada komoditas beras dan bumbu-bumbuan, kenaikan tarif angkutan serta momen Hari Natal.