Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prioritaskan Poros Maritim, TNI Minta Realisasi MEF Dipercepat

Tentara Republik Indonesia mengharapkan pemerintah dapat mempercepat realisasi Minimum Essential Forces (MEF) 2024, sehubungan dengan kebijakan kedaulatan maritim yang diprioritaskan pada kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Sejumlah alat utama sistem persenjataan (Alutsista) berupa KRI Sultan Iskandar Muda-367 dan helikopter Anti Kapal Selam (AKS) jenis Eurocopter SA 365/AS365 Dauphin 2 (Dolphin) disela-sela peringatan HUT ke-69 TNI di Dermaga Ujung Koarmatim, Surabaya, Jatim, Selasa (7/10). Pada peringatan HUT TNI terbesar sepanjang sejarah TNI ini, TNI AD mengerahkan192 unit alutsista, TNI AL mengerahkan 195 unit alutsista, dan TNI AU mengerahkan 139 pesawat dengan diikuti 18.580 prajurit. /ANTARA
Sejumlah alat utama sistem persenjataan (Alutsista) berupa KRI Sultan Iskandar Muda-367 dan helikopter Anti Kapal Selam (AKS) jenis Eurocopter SA 365/AS365 Dauphin 2 (Dolphin) disela-sela peringatan HUT ke-69 TNI di Dermaga Ujung Koarmatim, Surabaya, Jatim, Selasa (7/10). Pada peringatan HUT TNI terbesar sepanjang sejarah TNI ini, TNI AD mengerahkan192 unit alutsista, TNI AL mengerahkan 195 unit alutsista, dan TNI AU mengerahkan 139 pesawat dengan diikuti 18.580 prajurit. /ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA - Tentara Republik Indonesia mengharapkan pemerintah dapat mempercepat realisasi Minimum Essential Forces (MEF) 2024, sehubungan dengan kebijakan kedaulatan maritim yang diprioritaskan pada kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

Kepala Pusat Penerangan Tentara Republik Indonesia (TNI) Mayjen TNI Fuad Basya mengatakan dengan alutsista yang dimiliki sekarang, kemampuan TNI sudah dirasa mumpuni.

Namun, untuk dapat mencapai kekuatan minimal, sambungnya, TNI harus mewujudkan rencana strategis hingga 10 tahun ke depan yang tertuang dalam MEF.

"Sekarang cukup kuat, tapi kalau MEF pemenuhannya dapat dipercepat, bisa lebih optimal lagi operasinya," katanya saat dihubungi Bisnis, (11/12/2014).

Dia menjelaskan hal tersebut sejalan dengan pengutamaan kebijakan poros maritim sehingga dukungan kekuatan otomatis harus meningkat. Misalnya saja kelengkapan alat utama sistem pertahanan (alutsista), personel, hingga dana operasional.

"Indonesia memiliki garis pantai yang panjang, tentunya kami butuh dukungan lebih," ujarnya.

Selain itu, Fuad juga menyampaikan, soal kebijakan maritim bukan saja menangkap kapal-kapal yang melakukan pelanggaran di laut kedaulatan Indonesia, tapi juga bagaimana memanfaatkan sumber daya laut sebaik-baiknya.

Berdasarkan kondisi tersebut, penenggelaman kapal bukan satu-satunya tindakan yang dilakukan oleh TNI sebagai upaya pertahanan laut Nusantara.

"Penenggalaman kapal sudah sering dilakukan hanya saja dulu bukan kebijakan prioritas. Tapi bukan itu saja yang kami lakukan soal laut, tapi juga pemberdayaan laut," papar Fuad.

Dalam jangka dekat, TNI akan memiliki tiga kapal selam baru yang dikerjasamakan dengan Korea Selatan. Untuk memenuhi target pembuatan alutsista dalam negeri, dalam proses pembuatan kapal selam tersebut, tim ahli Indonesia disertakan.

"Yang satu dipesan langsung di Korea, satunya lagi dibuat juga di sana tapi ada orang kita yang bantu, dan yang terakhir dibuat di sini karena sudah transfer ilmu," urai Fuad.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper