Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HELENA RAHAYU: Tak Ada yang Tak Bisa Dipelajari

Sejak menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta, satu hal yang dibayangkan oleh Helena Rahayu Wonoadi hanyalah berkarier sebagai dokter, melanjutkan sekolah spesialis, membuka praktik, dan bekerja di rumah sakit.
  Helena Rahayu. / Bisnis-sas
Helena Rahayu. / Bisnis-sas

Sejak menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta, satu hal yang dibayangkan oleh Helena Rahayu Wonoadi hanyalah berkarier sebagai dokter, melanjutkan sekolah spesialis, membuka praktik, dan bekerja di rumah sakit.

Dalam perjalanannya, bayangan itu sirna. Berawal dari iklan lowongan pekerjaan di sebuah media massa nasional, Yayuk, begitu biasa dia disapa menanggalkan karier sebagai dokter.

Bekerja di industri farmasi dan memasarkan produk farmasi, menjadi pilihannya. "Ini tak pernah terbayang sebelumnya," ujar perempuan yang kini menempati posisi sebagai Chief Market Access & Government Affair Officer PT Novartis Indonesia, saat berbincang dengan Bisnis.

Satu kali, dia menceritakan perkenalannya dengan industri farmasi saat ada tawaran iklan sebagai profesional medical representative.

Tanpa pikir panjang, dia melamar untuk mengisi posisi tersebut. Proses wawancara dilaluinya, hingga akhirnya dirinya diterima sebagai karyawan di PT Sandoz Biochemie Indonesia pada 1989.

Pilihan itu bukan tanpa pertimbangan. Sempat terjadi konflik batin dengan keluarganya. Tetapi, dia mampu meyakinkan dengan pilihannya tersebut.

Saat diterima, Yayuk harus menjalani training camp selama satu bulan penuh. "Enggak boleh pulang, bahkan Sabtu-Minggu sekalipun. Terus terang saat di camp, saya masih bingung dengan pekerjaan itu," katanya.

Ketika itu, Yayuk merupakan satu-satunya calon karyawan yang memiliki latar belakang sebagai dokter. Sementara, peserta lainnya ada yang berlatar belakang dari jurusan ekonomi, arsitek, dan lainnya.

"Dalam training itu kalau secara knowledge pasti saya bisa, karena latar belakang pendidikan saya sebagai dokter. Tetapi begitu pelajaran profesional selling skill, saya benar-benar khawatir dan takut gagal," kenangnya.

Dengan keyakinan diri dan motivasi dari trainer bahwa tidak ada hal yang tak bisa dipelajari, dirinya akhirnya melewati masa training dengan status peserta terbaik.

Kejutan berlanjut. Hal itu dirasakan saat pertama kali menginjakkan kaki ke kantor. Sebagai seorang tenaga pemasaran, Yayuk memperoleh fasilitas kendaraan dari tempatnya bekerja.

"Ini shock kedua. Saya dikasih motor Vespa. Kalau naik sepeda motor bebek saya bisa, kalau Vespa saya enggak bisa. Saya berpikir, ini konsekuensi dari pekerjaan yang saya ambil. Akhirnya saya tukar dengan adik saya," jelasnya.

Awal menekuni pekerjaannya, dia menyambangi satu dokter ke dokter lainnya dengan mengendari sepeda motor. Terik matahari dan hujan, tak menghalangi waktunya bertemu dengan para klien.

Satu ketika, saat hujan mengguyur Jakarta dan dirinya harus menjalankan tugas, air matanya mengalir. "Saya sempat menangis. Ternyata menekuni pekerjaan ini tak seindah seperti saat training,' ungkapnya.

Kendati demikian, perjalanan itulah yang dapat dibagikannya kepada rekan-rekan setimnya yang jauh lebih muda.
Menurutnya tak semua pekerjaan yang dilakoni, bekalnya diperoleh saat masih berada di bangku sekolah atau pendidikan. Acapkali bekal pendidikan jauh berbeda dengan karier yang ditekuni.

Oleh sebab itu, hal pertama yang harus disiapkan sejak awal sebelum berkarier adalah mentalitas. Selain itu, sebagai orang tua tunggal bagi seorang anak yang berusia 21 tahun, Yayuk mengutamakan integritas sebagai pilar utama dalam menekuni pekerjaannya.

Tak terasa, industri farmasi sudah ditekuninya selama 25 tahun.

Yayuk sempat memutuskan untuk berhenti dari industri farmasi, ketika sudah menggapai berbagai mimpinya. Namun, tawaran dari Novartis Indonesia tak bisa ditolaknya.
Dengan latar belakang sebagai dokter dan aktivitasnya di industri farmasi, Yayuk menyatakan misi utamanya bersama perusahaan yakni meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia.

Melalui program Sehati Bersama Sehatkan Indonesia yang digelar oleh Novartis, pihaknya banyak melakukan kegiatan partnership dengan institusi pemerintahan dalam memberikan edukasi menyehatkan Indonesia.

Dengan program itu, masyarakat memiliki hak untuk menikmati produk obat inovatif. "Kami tidak melulu jualan obat. Kami melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya juga mengedukasi masyarakat dan menyehatkan bangsa," katanya.

Satu hal yang menjadi kekuatan Yayuk dalam menekuni pekerjaannya. Ketika dirinya memutuskan berkarir di industri farmasi, harus memberikan yang optimal.
“Saya harus jadi orang nomor satu,” ungkapnya. Impian itu pernah digapainya ketika menjadi Presiden Direktur PT Wyeth Indonesia dan Country Manager PT Abbott Nutrition Indonesia.

Bersama Novartis, kini dirinya mengusung mimpi dan tantangan baru guna menggapai sukses. Sukses yang digambarkannya secara sederhana. “Arti sukses bagi saya perpaduan antara kesempatan dan kesiapan diri.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Setyardi Widodo
Sumber : Bisnis Indonesia Week End edisi 23/11/2014

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper